Johan berjalan tertatih keluar dari kamar suram tempat ia terbangun. Koridor sempit yang ia lewati dipenuhi dinding bata kusam dan diterangi lampu minyak yang berkerlip redup. Bau minyak dan besi menyengat hidungnya. Suara gemuruh mesin terdengar samar dari kejauhan, menciptakan atmosfer yang menegangkan.
Setelah beberapa langkah, ia mendapati dirinya tiba di sebuah aula kecil. Seorang pria tua yang sebelumnya membantunya berdiri di sana, sibuk dengan dokumen-dokumen di atas meja kayu besar. Pria itu menoleh saat mendengar langkah kaki Johan.
"Anda sudah bisa berjalan, Tuan Hermits. Itu kabar baik," katanya dengan nada formal.
Johan mengangguk, berusaha menyembunyikan keraguannya. "Aku butuh udara segar. Bisakah kau menunjukkan jalan ke luar?"
Pria tua itu menatap Johan sejenak, seolah mengukur sesuatu. Namun, ia hanya mengangguk dan menunjuk ke sebuah pintu besar di ujung aula. "Lewat sana, Tuan. Tapi berhati-hatilah. Anda tahu, keadaan di distrik ini tidak pernah aman."
Johan mengikuti arah yang ditunjukkan. Begitu pintu itu terbuka, ia dikejutkan oleh pemandangan yang mengingatkannya pada novel dan film yang pernah ia nikmati.
Langit di atas dipenuhi asap kelabu dari cerobong-cerobong raksasa. Kota ini penuh dengan mesin-mesin berukuran besar, gerbong kereta uap yang bergerak lambat di rel gantung, dan manusia yang lalu lalang dengan pakaian khas era Victoria—jas panjang, topi tinggi, dan gaun berenda. Beberapa orang bahkan membawa kacamata pelindung dan peralatan mekanis di pinggang mereka.
Johan berdiri mematung, merasa seperti karakter dalam novel yang ia baca. Dunia ini benar-benar berbeda dari apa yang ia kenal.
Namun, rasa kagum itu segera berganti kecemasan. Jika Hermits adalah seorang manajer pabrik seperti yang tertulis di jurnal, maka tanggung jawab dan masalahnya mungkin jauh lebih besar daripada yang ia bayangkan.
Sambil mengamati sekeliling, Johan mendengar percakapan di dekatnya. Dua pria dengan wajah tegang berbicara pelan, tetapi suaranya cukup jelas terdengar.
"Red Gear makin berani. Mereka menyerang pabrik-pabrik di malam hari," ujar salah satu pria.
"Ya, aku dengar mereka ingin menjatuhkan semua bos besar, termasuk Hermits," balas yang lain.
Nama itu membuat Johan tersentak. Jelas, posisi Hermits tidak hanya penting tetapi juga berbahaya. Ia harus segera memahami apa yang terjadi sebelum keadaan semakin buruk.
Langkah Awal
Johan memutuskan untuk memanfaatkan apa yang ia bisa. Sebagai seorang novelis, ia tahu pentingnya mengumpulkan informasi sebelum bertindak. Ia kembali ke pria tua yang tadi membantunya.
"Aku merasa pikiranku masih sedikit kabur," Johan memulai dengan hati-hati. "Bisakah kau mengingatkan aku tentang situasi di sini? Tentang pekerjaanku dan... siapa musuh kita?"
Pria tua itu mengangkat alisnya, tetapi akhirnya ia mengangguk. "Tentu, Tuan Hermits. Anda adalah manajer Pabrik Besi Westbridge, salah satu pabrik terbesar di distrik ini. Tapi belakangan, keadaan menjadi sulit. Red Gear, kelompok pemberontak, terus menyerang. Mereka menganggap pabrik-pabrik besar sebagai simbol penindasan."
Johan mendengarkan dengan saksama, mengabaikan rasa asing yang terus mengganggu pikirannya.
"Dan Lord Waltham?" tanya Johan.
Pria itu tampak ragu, tetapi ia menjawab, "Lord Waltham adalah investor utama di pabrik Anda. Tapi belakangan, ia mulai kehilangan kepercayaan. Ada desas-desus bahwa Anda memiliki hubungan dengan Red Gear. Itu alasan mengapa mereka menyerang Anda beberapa waktu lalu."
Johan merasakan dingin di punggungnya. Hermits berada di tengah konflik antara dua kekuatan besar. Jika ia salah langkah, itu bisa berarti kematian baginya.
"Tuan Hermits, jika saya boleh berkata jujur," pria tua itu melanjutkan, "saya sarankan Anda segera menemui Lord Waltham dan meyakinkannya bahwa Anda masih memegang kendali. Jika tidak, kita mungkin kehilangan pabrik ini."
Johan tahu ini lebih mudah diucapkan daripada dilakukan. Tetapi ia juga sadar bahwa waktu tidak berpihak padanya.
Misi Pertama
Johan kembali ke kamarnya untuk mengambil jurnal Hermits. Ia membaca beberapa halaman lagi, mencari petunjuk tentang bagaimana berurusan dengan Lord Waltham. Tulisannya penuh dengan detail teknis tentang pabrik dan utang, tetapi satu kalimat menarik perhatiannya:
"Lord Waltham menghormati keberanian, bukan kelemahan."
Itu adalah petunjuk kecil, tetapi cukup bagi Johan untuk merencanakan langkahnya.
Sambil memandang ke luar jendela, ia berkata pada dirinya sendiri, "Kalau ini memang cerita seperti di novel, maka aku akan memainkannya dengan baik. Ini hanya awal."