The darkness and light

🇮🇩LILYBLACK
  • --
    chs / week
  • --
    NOT RATINGS
  • 31
    Views
Synopsis

Greed War

Aku mengalihkan pandanganku, sisi ke sisi, menatap tempat suram yang terasa familiar tetapi sekarang terasa asing bagiku.

"Tempat yang penuh kenangan."

Aku berkata sambil menatapnya lembut seperti seorang kakak kepada adiknya, sudut mulutku terangkat membentuk senyuman kecil yang tidak pernah luntur dari awal aku menginjakkan kakiku di tempat ini, begitu pula dengan ekspresi ketidakpeduliannya yang masih sama.

Meski wajahnya tidak banyak berubah, aku bisa merasakan riak energi berkumpul dari udara tipis, energi langit dan bumi, berkumpul secara gila-gilaan menyelimuti seluruh tubuhnya, dan bersamaan dengan itu aku juga bergerak.

Energi emas yang padat berbentuk sabit vertikal tiba-tiba muncul membelah ruang, menimbulkan distorsi spasial di tempatku berada sebelumnya. Aku berhasil menghindarinya setipis benang dengan kerusakan kecil.

Saat aku menatapnya kembali, dia sudah mengangkat tangannya. Di tangannya tampak katana khas jepang berwarna putih yang mengintimidasi baik dari bentuknya maupun auranya.

Slashh...

Katana itu terayun membentuk sudut diagonal yang sempurna, dan sama seperti sebelumnya ketika energi emas meledak, munculah jejak energi berbentuk bulan sabit secara diagonal yang merobek ruang menuju ke arahku dengan kecepatan tinggi.

Berbeda dari sebelumnya, ketika akan menghindarinya aku merasakan tekanan yang meningkat, mencekikku, meledakkan otot dan syarafku, memaksa kakiku untuk bertekuk lutut.

Meskipun begitu, senyum kecilku tidak pernah luntur dari wajahku.

Aku menatap serangan mematikan berkecepatan tinggi yang datang tanpa rasa panik sedikitpun, lalu tiba-tiba sebuah lapisan hitam pekat melonjak dari tubuhku menghancurkan pengaruh intimidasi bersama dengan energi emas dan mengikis setiap kehidupan disekitarnya.

Ruang di sekelilingku terdistorsi penuh luka, beberapa diantaranya meleleh menjadi lumpur hitam yang berkumpul menggeliat di bawah kakiku

"Hm?!"

Tindakanku yang tiba-tiba itu sepertinya cukup mengejutkannya, alisnya berkerut jijik saat menatapku dengan kemampuan yang mungkin tidak bisa dipahaminya.

Namun, siapa yang peduli?

Aku menggenggam udara kosong, seperti sebelumnya ruang di sekitarku mendidih dan berubah menjadi lumpur yang menutupi lenganku hingga mencapai lantai, sedikit demi sedikit lumpur hitam jatuh mengungkapkan katana hitam di baliknya.

Pertarungan dimulai begitu dia kembali melemparkan rentetan sayatan energi dari pedangnya ke arahku, yang kubalas menggunakan energi hitam dari pedangku.

Ketika dia melangkah, tubuhnya lenyap dari pandanganku.

Aku menebas ke samping menciptakan energi hitam lainnya yang dengan cepat menabrak energi emas yang datang dari arah yang dituju, lalu aku menebas ke depan dan belakang, berganti-ganti arah mengikuti kehadirannya yg samar seperti seutas benang.

Setelah serangkaian serangan yang sia-sia aku melihatnya kembali menampakan diri sepuluh meter di depanku, wajahnya masih tanpa ekspresi dengan sorot mata kuning keemasan yang seperti sedang melihat mahluk menjijikan.

Dia menghilang lagi, kali ini aku bergerak mengikutinya. Kami menghilang dan muncul beberapa kali di berbagai tempat, aku yakin tidak ada satupun manusia, yang bisa mengikuti gerakan kami meski mereka memiliki keterampilan.

Bilah hitam dan putih keemasan saling beradu di udara, menimbulkan percikan energi yang indah tapi juga mematikan, kami membawa kehancuran di semua tempat yang kami lewati, kehancuran yang bahkan menahan mahluk kuat lainnya untuk mendekati jarak 100 meter dari kami.

Setiap ayunan menghilangkan gunung dan membelah lautan. Jika kita berdua terus meningkatkan kekuatan secara konsisten, pertarungan kami secara keseluruhan bahkan dapat menghancurkan realitas serta mengoyak ruang itu sendiri layaknya kertas, yang akan merusak keseimbangan dunia.

Karena itu kami berhenti.

Kami kembali berhadap-hadapan sejauh sepuluh meter di posisi awal, tempat yang awalnya reruntuhan sakte ternama kini sepenuhnya menjadi gurun tandus penuh cekungan.

Aku menatapnya masih dengan senyuman kecil, sedangkan dia masih belum melepas topeng ketidakpedulian itu.

Aku bertanya tanya apa yang akan dia lakukan selanjutnya, tapi apa yang dilakukannya jauh melebihi harapanku sampai aku tertawa terbahak-bahak.

"Luar biasa adikku, aku tahu kau tidak akan berhenti mengejutkanku."

Dia menatapku tajam. "Aku bukan adikmu." Aura emas ilahinya mengamuk ketika dia berbicara, berulang kali berusaha menusuk dengan sia-sia.

Aku terkekeh geli melihat penyangkalan itu, sambil menunggu tranformasinya selesai, aku mengumpulkan energi untuk menyiapkan milikku sendiri.

Energi ilahi yang diserap berkumpul dan melonjak menjadi pilar yang menembus langit, lalu dua belas sayap putih timbul di punggungnya, bersama dengan kemilau zirah putih khas yang dimiliki oleh malaikat tingkat tinggi terpasang erat melindungi tubuhnya.

"Jika kau ingin pertarungan, maka aku akan memberimu pertarungan."

Dia mengayunkan pedangnya, yang kini telah membuka kekuatan sejatinya, ke atas menembus langit dan merobek ruang itu sendiri.

Di sana, dari balik luka di langit berjejer rapi mahluk langit bersayap dipimpin dua belas malaikat kasta tertinggi.

Dia terbang ke atas dan bergabung dengan barisan lini depan untuk menegaskan posisinya sebagai dalang komando tertinggi yang memimpin pasukan langit untuk menulai perang.

Aku menyeringai lebih lebar bahkan menyobek mulutku sendiri, tubuhku bertransformasi secara bertahap, begitu pula dengan pedangku yang terbangun untuk menunjukkan wujud aslinya.

"Namun jika yang kau inginkan perang, maka aku akan menikmati hadiahmu dengan senang hati."

Senyuman kecilku yang bertahan dari awal sampai saat ini, perlahan terdistorsi dan berubah menjadi seringaian menyeramkan.

Sama sepertinya yang memiliki dua belas sayap malaikat tertinggi, aku juga mengeluarkan dua belas sayap iblis kasta tertinggi dari punggungku dengan set yang berbeda satu sama lain. Empat tanduk mencuat dari kepalaku, baju perang hitam legam khas iblis muncul di tubuhku yang telah mengalami perubahan.

Aku menatapnya, lalu menghunuskan pedangku dan menusuk tanah untuk mengubah bumi dan melelehkan hukum ruang dan waktu, cairan hitam keruh dari ruang yang terkelupas mengikis apa yang disentuhnya menjadi neraka dunia.

Dari sana munculah iblis iblis dari dunia bawah mulai dari iblis tingkat rendah hingga bangsawan dan juga dua belas raja iblis sebagai komandonya seperti halnya dua belas arch angel milik kubu sebrang yang memimpin pasukannya.

Pertarungan besar yang pernah terjadi akan muncul sekali lagi di dunia, mungkin itulah yang membuat entitas kuat lainnya dari pihak iblis dan malaikat yang tidak bisa bergabung dalam perang mengarahkan pandangannya untuk menikmati hiburan atau malah mencari suatu celah yang bisa membuat mereka muncul di dunia.

Aku menatapnya, dia juga menatapku. Tubuh kami berdua lenyap sebelum muncul kembali di udara, kedua pedang, putih dan hitam, saling bersilangan menimbulkan gelombang yang membuat separuh dunia runtuh.

Dengan bergeraknya kami berdua, perang besar iblis-malaikat pecah kembali di dunia.