Harap coment jika tidak mengerti."Rileks.. kalau masalah itu udah gua urusin." guman Amor menjawab isi pikiran ku.TBV"Kita mau kemana" tanya ku."Jalan-jalan." ujar Amor. Kini Linda hanya terkekeh mendengar perkataan amor.10 menit36 menit*gelisah1 jam*risih karna makin lama makin jauh dari rumah1,5 jam*khawatir karena amor membawa mobilnya masuk ke hutan.2 jam kemudian2 jam kemudian aku dan amor sampai disuatu tempat."Disini daerah rumah ku." guman Amor."Asem yang lo tunjuk itu kan pohon. Bukannya rumah?! Mana ni tempat malah penuh pohon. Di UTAN lagi"omel ku. Kini Amor menahan Emosi nya"Sabar Amor.. sabar, mending sekarang lo ikut gue!" ucap Amor yang masih tersulut emosi.Kini amor menggandeng tanganku untuk masuk kedalam hutan. Dan Wow.. ada sebuah rumah yang sebesar castle."It's my house" ucap Amor membangga diri. Kini aku hanya diam membatu. "Ekhem, pacaranya digandeng mulu? BUTA!?" ucap seorang anak kecil yang wajahnya 70% mirip dengan Amor dan Roma."Hush.. kamu ini! O iya, perkenalkan ini adik ku Steven dan Steven ini pacar kakak, Linda" jelas Amor yang memperkenalkan kami berdua."Hmm, cantik dan kurasa dia mempunyai darah yang lezat." Steven menjilati bibirnya sendiri. Hingga membuat ku mengeridik ngeri."Steven!! Masuk sana. Awas kalau berani-berani nya nyentuh pacar kakak! Makanya cari pacar gih sono" bentak Amor. Kini Amor membawaku kedalam kamarnya."Maafkan sikap Steven yang tidak sopan tadi." Amor meminta maaf sembari menggaruk kepala nya sendiri."Iya" gumanku."Hmm.. baiklah tunggu disini, soalnya ada aku kedatangan tamu. Jika aku membawa mu kesana pasti kau akan digigit nya. Karna dia vampire kelahiran baru!!" cara Amor berbicara sudah membuat ku curiga, karena dia langsung muram ketika menyebutkan vampire kelahiran baru. Dan aku hanya mengangguk mengiya kan.15 menit kemudian Amor nga kembali kekamar nya.Jadi aku memutuskan untuk keluar kamar. Aku mengelilingi ruangan yang tepat dihadapanku. Dan kini aku melihat Amor dan Gadis cantik. Mungkin dia Vampire yang dimaksud kan Amor tadi. Jadi aku bersembunyi untuk menguping pembicaraan mereka."Rom! Please.. Aku cinta kamu rom!" Aku merasa ingin memuntahkan isi perut ku.Wait!Roma? Jadi Roma masih hidup. Tapi kenapa dia menganggap Amor itu Roma. Tapi wajar saja karena mereka berdua mirip."Mending kau pergi dari sini sebelum semua saudaraku tahu kau disini." ucap amor dengan penuh penekanan."Maafkan aku atas kejadian itu. Kejadian Amor" ucap gadis itu yang tak mau kalah dan lansung meraih lengan Amor."Sudahlah. Tidak baik jika dikenang terus" ucap Amor."Tidak Roma" kepala gadis itu menggeleng cepat. Kini dapatku lihat butir-butir air mata berjatuhan."Aku yang membunuh Amor. Dan aku seorang pembunuh!" ucap gadis itu. Kini dia menangis dengan menjadi-jadi. Dan apa yang dia maksud atas 'membunuh Amor'."Kau pada saat itu sedang dalam proses perubahan vampire. Dan Amor mencoba melindungimu namun kau membunuhnya diluar kendali mu, jadi itu jelas bukan kesalahan mu." jelas Amor. TIDAK!! MAKSUDKU ROMA.Kini air mata ku menetes demi satu persatu dan semakin deras.Aku segera kembali kekamar Amor maaf maksud ku kamar Roma.Jadi selama ini Amor itu adalah Roma? Kenapa Aku mudah sekali di tipu.Tak lama aku masuk kekamar. Ternyata Roma juga masuk setelah aku. Kini tubuhku menyudut di kamar Roma. Kini aku menangis. Kini aku merasa JONES."Kau kenapa?" ucap Roma. Roma tidak tau kalau aku sudah tau bahwa dia adalah Roma bukannya Amor."Lebih baik kau jujur padaku?" tanya ku dengan suara bergetar. Dengan wajah yang masih ditundukkan."Kau Roma bukan?" dan tubuh Roma seketika menegang. Dia seperti tak percaya akan perkataan ku yang keluar dari mulut ku ini."Apa maksudmu? Aku tidak mengerti?" ucap Roma yang berusaha sok polos."Aku sudah mendengar semuanya" ucap ku. Dan sekarang aku sudah bisa menatap wajah Roma secara langsung dengan tatapan marah, kesal, sendu, sedih, duka, dan semuanya."Maafkan aku" kini Roma menangis. Menangis dihadapan ku."Kau benar! Dia yang sebenarnya yang terbunuh oleh vampire kelahiran baru. Dan yang ku temui adalah vampire yang MEMBUNUH AMOR. Bukan aku" ucap Roma sembari menyeka air matanya yang berjatuhan dengan kasar."Brengsek!! Jadi selama ini kau menipu ku? Ceritamu, gombalan mu. Kau terlalu munafik Roma."ucap ku dengan gilanya. Layaknya seorang hewan yang sedang terancam oleh binatang yang lain