Sentuhannya mulai berkeliaran di sekitar lehernya, sementara semburat merah yang samar perlahan menyebar di wajahnya. Ketika pria yang selalu tampak memiliki segalanya, berpegang padanya, hatinya langsung melemah.
Khususnya ketika perasaan itu diarahkan langsung padanya. Hatinya langsung menegang karena perasaan yang seperti dia sudah menjadi keberadaan yang spesial.
Tangannya kemudian melanjutkan untuk membuka kancingnya dari leher—pop, pop.
Senyuman Raven semakin dalam saat dia menyampaikan kepadanya dengan tindakan, daripada hanya sekedar menjawabnya.
"Apakah itu izinnya?"
Meskipun dia sudah tahu, wajahnya agak nakal.
"Jangan tanya saya kalau kamu sudah tahu."
"Saya tidak tahu, apa itu?"
Tangannya yang terulur mulai meraba-raba renda sebelum menggenggam paha. Tangannya kemudian merasakan tekstur lembut dari stoking tipis.
