Saat dia berbisik lembut di telinga Seraphina, bibir merahnya tampak bergerak-gerak seakan berbisik manis. Dia bisa mendengarnya dengan jelas, namun sepertinya ia menebak itu hanyalah mimpinya. Raven menggambar senyum di mulutnya saat Seraphina tertidur lagi setelah kerutan di keningnya mengendur.
Pemandangan Seraphina yang rileks menuju tidur membawa senyum lembut di wajahnya.
Bagaimana mungkin dia tidak jatuh cinta dengan orang ini?
Raven harus mengakuinya—pada akhirnya. Emosi yang telah dia rasakan selama ini kepada istrinya adalah cinta itu sendiri. Itu adalah wahyu yang menetap di atasnya dengan rasa benar yang mendalam.
Kepala Seraphina kemudian diangkat oleh tangan Raven saat itu berayun lembut. Gerakan halus itu cukup mencegahnya dari terjatuh ke depan.
Sudah jelas seperti siang hari bahwa jika hal ini terus berlanjut, dia akan akhirnya bertumpu wajah di atas meja.
