"Saya bersumpah."
"...Rav...ven."
Bibir merahnya membentuk nama itu dengan manis, nyaris tidak terdengar di malam yang hening. Bibir Raven membentuk senyum hangat saat suara yang dia sayangi itu sampai di telinganya.
"Ya, begitulah cara kamu memanggilku mulai sekarang. Tidak lagi 'Duke'."
"Baik."
Gerakannya melambat saat dia menggerutu ke bantal, matanya yang separuh tertutup akhirnya menutup sepenuhnya.
"Kamu mengantuk?"
"Ya…"
Tubuh Raven, yang masih bergetar dengan keinginan, menolak ide untuk berhenti sekarang. Dia telah tergila-gila dengan pikiran tentang dia sejak malam itu. Tubuhnya membawa aroma lembut yang tertinggal dalam pikirannya, kenangan kekencangannya menghantuinya.
"Hmm… Saya ingin lebih."
Dia menekan bibirnya ke bibirnya, keinginannya yang tulus terasa nyata. Saat dia membuka mulutnya untuk bernapas, kelopak matanya berkedip, menunjukkan matanya yang berwarna ungu.
"Saya benar-benar mengantuk…"
