Saat Delyth membaca komentar dan diskusi online berikutnya, rahangnya mengeras. Jarinya mencengkeram erat sosok yang ramping, dan jika ia memiliki kekuatan untuk menghancurkan ponsel itu, ia sudah melakukannya.
"Arwen, bagaimana kamu bisa tega lari dari kenyataan?" Ia menggertakkan giginya, siap melemparkan ponselnya saat pintu kamarnya dibuka dengan kasar. Ia siap meledak pada siapa pun itu, tetapi ekspresinya berubah saat ia melihat Ryan berdiri di sana.
"R-Ryan," dia memanggil, terdengar sedikit bingung. Dia telah menunggu kedatangannya sepanjang hari, tetapi sekarang, tiba-tiba dia berharap lebih baik jika dia tidak muncul sekarang. "Kamu datang. A-Aku hanya sedang mengecek hal itu online."
Ryan menatap Delyth seolah-olah dia telah dikhianati olehnya. Ketika Delyth membaca ekspresinya seperti itu, perasaan tidak nyaman muncul. "Ada apa, Ryan? Apakah semuanya baik-baik saja?"
"Delyth, katakan padaku. Apakah kamu berbohong padaku?"
