"Oh, ada Anda, Yang Mulia!" Suara bariton memanggil saat tamu tak diundang melangkah ke dalam aula kecil.
Lucian, berdiri di samping mejanya dan membersihkan pedangnya dengan saputangan putih yang ternoda darah, menoleh sebentar, pandangannya dingin dan acuh tak acuh. Ia kembali memerhatikan pedangnya, dengan teliti menghilangkan noda darah yang tersisa.
"Yang Mulia," ulang pria berambut oranye itu, bibirnya berkilau saat ia mencoba mengendalikan amarahnya, yang muncul akibat sikap dingin Lucian, di balik senyum paksaannya.
"Ya, Baron Noah Gionhard. Ada yang bisa saya bantu?" Suara Lucian tenang namun dingin, pandangannya masih tertuju pada pedang—jelas tidak tertarik pada orang di hadapannya.
