Suara langkah kaki membuat Sintia terjaga, bingung. Secara naluriah, tangannya mencapai pedang, siap untuk percobaan pembunuhan lain, duduk di tempat tidur.
Ketika dia berkedip cepat dan penglihatannya jernih, melihat seorang wanita paruh baya yang sedang mengatur gorden, dia perlahan menurunkan kewaspadaannya, menghela nafas lega.
"Aduh, apakah saya membangunkan Anda?" wanita itu bertanya dengan lembut, tersenyum ketika dia berbalik dan melihat Sintia duduk di tempat tidur.
Sintia menggelengkan kepalanya, tatapannya melayang di sekitar ruangan seolah mencari sesuatu—atau seseorang.
"Apakah Anda mencari pria itu? Dia keluar dan memintaku memberitahumu bahwa dia akan menunggumu setelah kau siap. Oh, dan dia mendapatkan gaun baru untukmu, karena yang kau pakai sebelumnya tidak cocok tanpa dibersihkan dulu."
"Apakah begitu?" suara Sintia sedikit bergetar.
Sekali lagi, dia terlalu lembut padanya, membuat jantungnya berdebar.
Ini tidak adil, Yang Mulia.