"Rune?" suara Edric bergema di aula sunyi.
"Saya tidak suka mengulang diri saya, Edric." Suara tajam Sintia diabaikan oleh Edric yang dengan keras bangkit dari kursinya secara tiba-tiba.
Dia bergegas menuju Lucian, matanya berkilau dengan perpaduan rasa ingin tahu dan kegembiraan.
Lucian menggenggam erat pedangnya, terkejut dengan gerakan tiba-tiba pria paruh baya itu, siap untuk menyerang jika perlu.
Sintia memperhatikan sikap bermusuhan Lucian dan menggelengkan kepalanya dengan tidak percaya. Dia tidak bisa menghentikannya dari bersikap demikian—permusuhan terhadap dirinya bukanlah hal baru. Namun dia bahkan tidak mengenal Edric.
Apakah karena dia adalah kenalan Sintia?
"Tolong coba percayai saya, hanya sekali ini," gumamnya, menundukkan kepalanya sedikit.
Dia mencoba tetap berharap, namun perilakunya membuat itu sulit. Apakah terlalu berlebihan meminta suaminya untuk mempercayainya, hanya sekali? Dia selalu mempercayai orang lain, namun tidak pernah padanya.