"Di mana pelayan pribadiku?" Sintia menuntut, mendengar tidak ada respon dari pelayannya.
"Kamu," ia menunjuk ke gadis muda yang gemetar seperti daun di cabang yang berangin.
"D-dia berkata bahwa… saya maksud… pembantu kepalanya menugaskannya sebagai pelayan sang grand duke," pembantu berambut coklat itu hampir tidak bisa bicara karena gagap terus-menerus.
Sintia mengangguk.
"Jadi saya tidak punya suara dalam hal ini, begitu maksudnya, Philip?" wanita muda berambut perak itu berbalik menghadap pria paruh baya yang mengecilkan dirinya karena kata-katanya.
"I-itu tidak seperti itu, Yang Mulia. Hanya saja Elise masih muda... Dia dibesarkan sebagai teman sang grand duke dari usia muda. Dia selalu menganggapnya sebagai orang yang seharusnya dia layani. Tidak adil jika memaksanya mengganti tuannya dalam semalam..." Philip menggigilkan tangannya dengan gugup saat dia berbicara.
