Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

Return 1985 : Mulai dari Sultan Perkebunan

Poningit
--
chs / week
--
NOT RATINGS
127
Views
VIEW MORE

Chapter 1 - Bab 1. Blackhole yang aneh dan terbangun di tahun 1984

Di sebuah taman kecil di sudut jalan raya New York City, seorang pria paruh baya duduk termenung di atas bangku kayu yang sudah mulai lapuk oleh waktu. Udara musim dingin menggigit, tetapi Arya Perkasa, pria berusia 50-an itu, bahkan tidak peduli. Mantel tebal yang ia kenakan hanya sedikit melindungi tubuhnya dari dingin, sementara wajahnya yang suram mencerminkan kehidupan yang penuh penyesalan.

Matanya yang lelah menatap ke jalan yang sibuk, seolah mencoba mencari sesuatu yang tak pernah ia temukan. Lampu-lampu kota yang berpendar, gemuruh kendaraan yang melintas, dan keramaian orang-orang tidak lagi berarti baginya. Arya terjebak dalam pikirannya, dalam kenangan yang tidak pernah bisa ia lupakan.

Di atas kertas, Arya memiliki segalanya. Dia adalah teknisi senior di Tesla, salah satu perusahaan teknologi paling bergengsi di dunia. Gajinya cukup besar untuk hidup nyaman di kota paling mahal di dunia. Dia memiliki akses ke teknologi mutakhir yang hanya bisa diimpikan oleh sebagian besar orang. Namun, semua itu hanyalah ilusi. Di balik semua pencapaian itu, hidupnya kosong.

Arya tidak memiliki rumah. Tidak ada kendaraan. Tidak ada aset berharga yang bisa disebut miliknya. Bahkan, dia tidak punya keluarga. Tidak ada istri, tidak ada anak, dan tidak ada saudara yang menemaninya. Hidupnya hanyalah siklus pekerjaan dan kesendirian.

"Apa gunanya semua ini?" pikir Arya dalam hati, tangannya yang gemetar meremas kantong mantelnya. "Apakah semua ini ada artinya? Andai saja aku bisa kembali dan memperbaiki semuanya..."

Pikiran itu membawanya kembali ke masa lalu. Dia membiarkan dirinya tenggelam dalam kenangan yang sudah lama terkubur.

---

Arya tumbuh di sebuah kota kecil di Sumatera Selatan, Indonesia. Dia adalah anak seorang polisi berpangkat rendah. Keluarganya tinggal di rumah dinas asrama polisi yang kecil, tidak lebih dari 36 meter persegi. Ayahnya, Brata Perkasa, adalah pria yang penuh integritas, tetapi gaji kecilnya hampir tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Ibunya, Sulastri, dulunya seorang akuntan berbakat di perusahaan sawit besar, tetapi harus berhenti bekerja setelah mengalami komplikasi serius saat melahirkan Arya.

Hidup mereka keras, tetapi keluarga itu tetap bertahan. Namun, kebahagiaan itu tidak berlangsung lama. Ketika Arya beranjak dewasa, sebuah tragedi mengubah hidupnya. Ayahnya meninggal dunia dalam tugas, tertembak saat menangkap seorang bandit.

Namun, Arya tidak pernah percaya itu hanya kecelakaan. Ada sesuatu yang janggal. Sebagai seorang polisi, ayahnya selalu hati-hati. Tapi mengapa ia bisa terbunuh begitu saja? Dengan rasa duka yang dalam, Arya mulai menyelidiki kasus itu sendiri. Hasilnya membuat hatinya hancur. Ayahnya dijebak oleh anak buahnya sendiri, seorang polisi berpangkat rendah tetapi hidup dalam kemewahan. Mobil-mobil mewah, rumah besar, dan perkebunan sawit yang luas tidak mungkin berasal dari gaji seorang polisi biasa.

Arya tidak berdaya. Tidak ada yang bisa ia lakukan melawan sistem.

Tak lama setelah itu, ibunya meninggal dunia karena sakit yang sudah lama ia derita. Arya kehilangan segalanya.

Kehidupan setelah itu hanyalah perjuangan untuk bertahan hidup. Arya bekerja keras, dari pekerjaan kecil-kecilan hingga akhirnya masuk Tesla. Tapi meski sukses secara karier, hatinya tetap kosong. Penyesalan atas hidup yang penuh kesulitan terus menghantuinya.

---

Sore itu, Arya duduk di bangku taman, membiarkan udara dingin menusuk wajahnya. "Andai saja aku bisa mengubah segalanya..." gumamnya, suaranya nyaris tidak terdengar.

Namun, sebelum Arya tenggelam lebih jauh dalam pikirannya, sesuatu yang aneh terjadi.

Udara di depannya tiba-tiba berguncang. Seperti cermin retak, ruang di sekitarnya mulai bergetar, menciptakan retakan yang dengan cepat membesar. Sebuah lingkaran hitam, sebesar truk, terbentuk di udara. Arya hanya bisa menatapnya dengan mulut terbuka.

"Apa ini?!" pikirnya panik. Tubuhnya terasa kaku, tidak bisa bergerak. Sebelum ia sempat memikirkan apa yang terjadi, gravitasi dari lingkaran hitam itu mulai menariknya.

"Apa-apaan ini?!" teriak Arya, suaranya teredam oleh angin yang berputar kencang. Dalam hitungan detik, tubuhnya tersedot ke dalam lingkaran hitam itu, dan taman kembali sunyi. Lingkaran hitam itu menghilang tanpa jejak, seolah-olah tidak pernah ada.

---

Ketika Arya membuka matanya, dia tidak berada di taman lagi. Dia melayang di ruang yang gelap dan hampa, tanpa atas, tanpa bawah. Tidak ada apa pun di sekelilingnya. Tubuhnya seperti tidak berbobot, melayang tanpa arah.

Di kejauhan, titik-titik cahaya mulai bermunculan. Pada awalnya, dia mengira itu adalah bintang, tetapi semakin dekat, dia menyadari bahwa itu bukan bintang. Itu adalah sosok manusia yang bercahaya, jutaan jumlahnya. Mereka melayang seperti dirinya, tanpa arah, tanpa gravitasi.

"Di mana aku...?" gumam Arya, suaranya bergema di kehampaan.

Tiba-tiba, suara aneh terdengar. Itu seperti lonceng, tetapi dengan nada yang tidak wajar, seperti berasal dari dimensi lain. Suara itu berbicara dalam bahasa yang asing, tetapi perlahan-lahan satu kalimat menjadi jelas:

"Kalian akan menyatu dengan doppelganger kalian dan dikirim ke paralel masing-masing. Nikmati kehidupan baru... dan hukuman dari kami."

Arya terdiam, pikirannya kacau. Doppelganger? Hukuman? Dia bahkan tidak sempat memproses kata-kata itu ketika sosok bercahaya muncul di depannya.

Arya terpaku. Sosok itu... adalah dirinya sendiri. Atau lebih tepatnya, dirinya yang lebih muda, seorang anak berusia 10 tahun.

Sebelum Arya sempat berpikir, tubuhnya ditarik ke arah sosok itu. Mereka menyatu. Rasanya seperti dibakar hidup-hidup. Rasa sakit yang begitu hebat menusuk seluruh tubuhnya. Arya ingin berteriak, tetapi tidak ada suara yang keluar. Kesadarannya perlahan memudar.

---

Ketika Arya membuka matanya lagi, dia terbaring di sebuah ranjang sederhana. Kepalanya diperban, dan tubuhnya terasa sedikit kaku. Dia mencoba menggerakkan lehernya untuk melihat sekeliling. Pandangannya tertuju pada kalender yang tergantung di dinding.

"1984...? Januari 1984?" Arya bergumam, suaranya serak. Matanya menyipit, mencoba memastikan apa yang dilihatnya benar.

Seketika, gelombang kesadaran menghantam dirinya. "Aku kembali ke masa lalu. Apakah aku... terlahir kembali?"

Dia menatap tangannya yang kecil, merasakan kekuatan baru yang mengalir dalam tubuhnya. Ingatannya mulai muncul, baik dari masa lalu maupun masa depan. "Ini... ini adalah kesempatan kedua."

Arya tersenyum kecil. Untuk pertama kalinya dalam waktu yang sangat lama, dia merasakan harapan. "Jika ini benar, aku akan memastikan hidupku berbeda. Aku akan merebut setiap kesempatan yang ada dan tidak akan melepaskan satu pun kesempatan itu… dan kali ini, aku tidak akan gagal." muncul benih-benih keserakahan di hati Arya, yang suatu saat akan membahayakan dirinya sendiri dan orang tercinta nya.

Dengan tekad membara, Arya mulai menyusun rencana besar di dalam kepalanya. Hidup lamanya mungkin penuh kegagalan, tetapi kehidupan barunya ini adalah kesempatan untuk menciptakan segalanya dari awal.

Bab ini berakhir di sini, tetapi perjalanan baru Arya baru saja dimulai.