Aku pun bangun, membuka mataku, dan melihat bahwa ruangan ini bukanlah kamarku. Itu berarti kejadian kemarin bukanlah mimpi. Dengan hati yang berdebar, aku beranjak dari tempat tidur dan segera bersiap-siap. Sihir Nona Katharyn sudah habis, dan aku tidak berani keluar dari kamar ini. Aku hanya bisa menunggu seseorang membawaku keluar."
Sembari menunggu, aku melihat-lihat seluruh ruangan ini. Interiornya sangat megah, dengan dinding yang dihiasi lukisan-lukisan indah dan perabotan yang terlihat mahal. Di sudut ruangan, ada sebuah cermin besar yang memantulkan cahaya lembut dari jendela. Aku merasa seolah-olah berada di dalam istana dongeng. Ketika aku melihat ke luar jendela dan membukanya, udara segar menyapu wajahku. Langit cerah berwarna biru, dan dari kejauhan, aku melihat banyak orang yang berjalan-jalan, terlibat dalam aktivitas sehari-hari mereka.
Tidak lama kemudian, aku mendengar suara ketukan lembut di pintu kamarku. Dengan rasa penasaran, aku langsung membukakan pintu dan melihat kepala pelayan, Lukas, yang memberikan isyarat untuk mengikutinya. Dengan cepat, aku bergegas menghampirinya, merasakan campuran rasa cemas dan antusias.
Sembari berjalan mengikuti kepala pelayan Lukas, pikiranku melayang. Apa yang harus kulakukan di dunia ini? Apakah aku harus mencari tahu mengapa aku bisa dikirim ke sini? Apapun tujuannya, aku akan mencarinya nanti. Namun, prioritas utamaku adalah belajar dan memahami cara kerja dunia ini. Aku harus beradaptasi dengan lingkungan baru ini dan menemukan tempatku di dalamnya.
Lukas membawaku ke sebuah ruangan yang memiliki meja panjang dengan kursi-kursi yang terlihat elegan. Ruangan ini tampak seperti ruang makan, dan saat aku melangkah masuk, aku melihat Nona Katharyn yang sedang duduk di salah satu kursi. Senyumnya membuat hatiku bergetar, dan aku merasa sedikit lebih tenang.
Ketika Nona Katharyn melihatku, ia segera menghampiriku. "Selamat pagi, Takahiro," katanya dengan suara lembut. Aku hanya bisa tersenyum memandangi wajahnya, merasakan kehangatan yang terpancar dari dirinya.
Tanpa memberi waktu untuk berbicara, Nona Katharyn langsung merapal mantra sihir. Cahaya berkilauan muncul dan mengelilingi kami. Setelah melihat sihir untuk kedua kalinya, aku tidak lari seperti kemarin; itu sangat memalukan. Aku membiarkan cahaya itu masuk ke tubuhku, merasakan energi baru mengalir dalam diriku.
"Takahiro, apakah kamu sudah bisa mengerti apa yang aku ucapkan?" tanyanya, dan aku terkejut mendapati wajahnya begitu dekat. Dalam keadaan bingung, aku mencoba tenang, mengangguk, dan mengatakan bahwa aku sudah mengerti berkat sihir Nona Katharyn.
Nona Katharyn tersenyum lebar, seolah-olah mendengar kabar baik. "Bagus! Mari kita makan. Aku sudah menyiapkan hidangan lezat untuk kita."
Aku mengiyakan, merasa lapar setelah semua yang terjadi. Sembari makan, aku hanya diam, karena aku tahu makan sambil berbicara itu tidak sopan. Namun, rasa canggung menyelimuti diriku. Aku sudah selesai makan, tetapi Nona Katharyn belum. Apakah aku terlalu cepat? Pasti Nona Katharyn mengira aku sangat kelaparan.
Setelah beberapa saat, aku pun berkata, "Aku ingin tahu tentang dunia ini dan bagaimana cara kerjanya," sambil menatap wajah Nona Katharyn. Ekspresi wajahnya berubah, terlihat terkejut.
"Ada apa? Apakah pertanyaanku terasa aneh?" tanyaku, sedikit khawatir.
"Tidak, aku hanya terkejut mendengar perkataanmu. Aku pikir kamu akan bermalas-malasan dan tidak mau melakukan apapun. Sepertinya aku salah tentangmu," jawabnya dengan nada lembut. "Oke, karena menjelaskan semuanya sendirian itu akan memakan banyak waktu, mari kita pindah ke perpustakaan kerajaan. Di situlah kamu bisa belajar."
Aku sangat bersemangat dan langsung mengikuti Nona Katharyn. Ketika kami tiba di perpustakaan, aku terpesona oleh ukurannya yang sangat besar. Rak-rak buku menjulang tinggi, dipenuhi dengan buku-buku berdebu yang tampak kuno. Aku tidak pernah melihat perpustakaan sebesar ini sebelumnya.
Nona Katharyn menyuruh pengurus perpustakaan untuk mengambilkan sebuah buku tentang kamus bahasa kerajaan manusia. Sambil menunggu, aku melihat sekeliling, merasakan aura pengetahuan yang mendalam.
Aku berpikir, apakah ada kerajaan lain selain kerajaan manusia? Aku pun bertanya kepada Nona Katharyn, "Apakah ada kerajaan lain selain kerajaan manusia?"
"Iya, memang ada beberapa kerajaan lain," jawabnya dengan serius. "Dunia ini sangat luas, dan banyak hal yang belum kamu ketahui."
Aku sangat tercengang betapa luasnya dunia ini. "Apa saja kerajaan itu?" tanyaku penuh rasa ingin tahu.
Nona Katharyn mulai menjelaskan, "Di dunia ini ada lima kerajaan besar:
1. "Kerajaan Zelyoria": Kerajaan tempat kita tinggal, yang dihuni oleh ras manusia. Ini adalah tempat yang penuh sejarah dan tradisi.
2. "Kerajaan Morwind": Kerajaan Elf yang memiliki umur sangat panjang. Mereka tinggal di hutan yang indah dan dikenal dengan keahlian sihir mereka. Ras Elf dan Dark Elf hidup di sana, masing-masing dengan karakteristik unik.
3. "Kerajaan Osgild": Dihuni oleh bangsa Dwarf yang memiliki tinggi badan lebih pendek dari ras manusia, tetapi sangat mahir dalam membuat senjata. Hati-hati jika bertemu Dwarf, karena mereka suka mabuk dan sangat tidak ramah.
4. "Kerajaan Almondnoel": Kerajaan Demon yang dihuni oleh banyak iblis. Satu hal yang harus kamu tahu, semua ras tidak terlalu dekat dengan ras iblis. Mereka sering dianggap sebagai ancaman.
5. "Kerajaan Eaglemirth": Kerajaan Beast, di mana berbagai macam hewan tinggal. Mereka memiliki budaya dan cara hidup yang berbeda dari kita.
Kelima kerajaan ini adalah kerajaan besar dengan kemampuan yang berbeda-beda. Selain itu, ada beberapa kota netral yang dibuat oleh lima kerajaan besar. Aku tidak tahu alasannya karena itu bersifat rahasia. Namun, ada juga kerajaan kecil tersembunyi yang aku dengar, sejauh ini ada tiga kerajaan:
- "Kerajaan Beast Kuno": Hanya dihuni oleh Beast Kuno atau Ilahi. Mereka mungkin ada hubungan dengan kerajaan Beast.
- Dua kerajaan lainnya aku hanya mendengar dari rumor, tetapi aku tidak tahu apakah itu benar atau tidak, yaitu kerajaan bawah laut dan kerajaan langit."
"Bagaimana, Takahiro? Apakah kamu sudah mengingatnya? Itu hal dasar yang harus kamu tahu."
Setelah mendengar penjelasan Nona Katharyn, aku sangat terkejut mengetahui bahwa ada Elf, Dwarf, Demon, dan Beast. Aku pikir hanya manusia saja yang tinggal di dunia ini.
"Aku sudah memahaminya," kataku, meskipun masih bingung. "Apakah semua yang hidup di dunia ini bisa menggunakan sihir?"
"Pertanyaan yang bagus! Nah, tidak semua orang terlahir memiliki bakat untuk menggunakan sihir. Di dunia ini ada tiga tipe orang:
1. "Mage": Mereka yang memiliki bakat untuk menggunakan sihir.
2. "Warrior": Mereka yang bisa menggunakan mana dan berbakat menggunakan senjata apapun. Mereka adalah pejuang yang terlatih dan sangat kuat.
3."Orang biasa" Terkadang ada kasus di mana orang biasa bisa menjadi Mage atau Warrior secara tiba-tiba dengan membuka jalur mana atau dibantu oleh seorang Mage atau Warrior kelas tinggi.
Warrior tidak selalu berfokus pada pedang; mereka bisa menggunakan senjata lain seperti tombak atau busur. Karena Warrior memiliki mana, mereka bisa memakai skill, tetapi mereka tidak bisa menggunakan sihir seperti Mage. Sebaliknya, sihir hanya bisa digunakan oleh Mage, dan skill hanya bisa digunakan oleh Warrior.
Cara mereka mendapatkan skill atau sihir itu bisa dilakukan dengan tiga cara:
1. "Warisan": Skill atau sihir diwariskan oleh keluarga, seperti keluarga kerajaan atau bangsawan.
2. "Pasar gelap": Bisa membeli melalui pasar gelap atau pelelangan. Kamu bisa melakukan barter atau membayar menggunakan koin yang terdiri dari bronze, silver, dan gold. 100 koin bronze setara dengan 1 koin silver, sedangkan 100 koin silver setara dengan 1 koin gold. Semua kerajaan juga menggunakan koin, hanya saja logo-nya yang berbeda.
3. "Dungeon": Ada beberapa Dungeon yang dijaga ketat oleh lima kerajaan. Untuk masuk ke Dungeon, kamu harus menjadi Hunter terlebih dahulu. Hunter dibagi menjadi beberapa tingkatan: Rank E, D, C, B, A, S, dan SS. Untuk mendaftar hanya bisa dilakukan di kota netral saja, karena sudah disepakati oleh lima kerajaan. Konon katanya, jika kamu bisa menaklukkan semua Dungeon, keinginanmu akan dikabulkan oleh para Dewa. Namun, untuk setiap langkah Dungeon, jumlahnya tidak terhitung. Rumornya ada 100 lantai, 1000 lantai, atau tidak terbatas, tetapi itu hanyalah rumor saja."
"Cukup melelahkan berbicara panjang lebar. Bagaimana, apakah kamu sudah paham, Takahiro?"
Setelah mendengar Nona Katharyn berbicara panjang lebar tentang dunia ini, aku jadi sangat tertarik untuk menjadi seorang Mage. Karena aku tidak tahu kapan aku bisa kembali ke dunia ku, tidak ada salahnya mencoba.
"Nona Katharyn, aku ingin bertanya, apakah aku juga bisa jadi seorang Mage? Aku ingin memiliki kekuatan untuk melindungi diriku sendiri."
"Aku tidak tahu apakah kamu bisa menjadi Mage atau tidak, tetapi ada kemungkinan kamu bisa. Karena terakhir kali di aula kerajaan, kamu mencoba melarikan diri dari sihir buff-ku. Manusia biasa hanya bisa melihat sihir damage karena mana yang dihasilkan bersifat kasar, jadi mudah dilihat. Sedangkan sihir buff dan debuff bersifat lembut dan sulit dilihat, jadi hanya bisa dilihat oleh seorang Mage. Tetapi jika kamu tertarik, aku akan mencoba membantumu."
Aku sangat berterima kasih kepada Nona Katharyn. "Sudah banyak membantu diriku. Aku akan membuktikan bahwa aku akan membawa perubahan besar yang menguntungkan kerajaan ini. Aku berjanji."
"Baiklah, karena mumpung kita masih di perpustakaan kerajaan, kita bisa melihat apakah kamu bisa menjadi seorang Mage atau tidak. Aku akan mengambil alatnya dulu. Kamu tunggu di sini."
Dengan harapan yang menggebu-gebu, aku berdiri di tempatku, membayangkan semua kemungkinan yang bisa terjadi. Jika aku bisa menjadi seorang Mage, hidupku akan berubah selamanya. Aku tidak tahu kapan aku bisa kembali ke dunia ku, dan jika aku tidak berhasil, aku takut kerajaan ini bakal mengusir atau melenyapkan aku karena aku tidak berguna.
Kekhawatiran dan harapan berbaur dalam pikiranku. Saat Nona Katharyn pergi, aku memikirkan semua yang telah aku pelajari. Dunia ini sangat berbeda dari dunia yang kukenal. Ada begitu banyak hal yang harus dipelajari, dan aku bertekad untuk menjadi bagian dari semua itu
"Aku sudah membawa alatnya. Kamu hanya perlu meletakkan tanganmu di atas sini. Jika alat ini bercahaya, itu berarti kamu seorang Mage. Namun, jika alatnya tidak menyala, itu menandakan bahwa kamu bukan seorang Mage. Yang perlu kamu lakukan adalah fokus dan bayangkan aliran Mana mengalir ke tanganmu. Memang sedikit sulit, tetapi lakukan perlahan, oke?
"Ini sangat sulit! Aku tidak bisa fokus dan membayangkan. Aku tidak tahu aliran Mana itu seperti apa. Aku tidak tahu sudah berapa lama aku menutup mataku. Perasaan yang tidak pasti ini membuatku gelisah." Takahiro menghela napas dalam-dalam, berusaha mengumpulkan keberanian. Detak jantungnya semakin cepat, seolah ada sesuatu yang menunggu untuk dilepaskan di dalam dirinya.
"Tetap fokus, Takahiro. Aku tahu ini sulit. Bayangkan dirimu seperti air terjun, dan aliran Mana itu seperti air yang mengalir. Jika masih sulit, aku akan mencoba menggunakan kata-kata. Dengarkan baik-baik: jika kamu jatuh ke dalam sungai, kamu pasti akan segera keluar dari sungai itu. Nah, bayangkan saja Mana itu adalah dirimu yang sedang keluar dari sungai."
Setelah mendengarkan perkataan Nona Katharyn, Takahiro mulai memahami apa yang harus dilakukan. Ia fokus dan membayangkan jiwanya menjadi Mana yang mengalir di dalam tubuhnya, perlahan-lahan. Setiap detik terasa lebih berat, tetapi ia berusaha untuk tidak menyerah. Seluruh tubuhnya terasa panas, seperti ada api yang membara di dalam dirinya. Ketika ia mencoba membuka matanya, ia terkejut melihat cahaya terang yang menyilaukan di hadapannya.
"Tidak sulit, bukan? Meskipun kontrol Mana-mu masih kurang, tetapi tidak apa-apa. Selamat, Takahiro! Kamu berhasil menjadi Mage. Aku yakin kamu mampu melakukannya karena kamu memiliki takdir untuk membawa perubahan besar." Senyuman Nona Katharyn memancarkan kebanggaan, meningkatkan rasa percaya diri Takahiro.
"Aku tidak percaya bahwa hari ini aku bisa menjadi seorang Mage. Akhirnya, aku memiliki kekuatan untuk melindungi diriku sendiri. Namun, aku tidak tahu harus berbuat apa. Aku benar-benar berterima kasih kepada Nona Katharyn." Suara hatinya bergetar, mencerminkan kegembiraan dan ketidakpastian yang bersamaan.
"Tidak apa-apa. Aku juga tidak banyak membantu. Ini semua adalah hasil dari usahamu dan takdirmu. Sekarang, karena kamu sudah menjadi seorang Mage, aku akan mengajarkan satu sihir Buff yang biasa aku gunakan untuk membantumu memahami bahasa dunia ini. Ini akan sangat berguna untukmu." Nona Katharyn melanjutkan, matanya berbinar penuh semangat.
"Oh iya, aku lupa menyebutkan bahwa sihir hanya bisa aktif jika seorang Mage telah selesai membacakan mantra. Mantra ibarat sebuah potongan buku, dan sihir adalah buku yang sudah jadi. Jadi, ikuti aku membacakan mantra ini:"
> "Bahasa-bahasa di dunia, suara-suara kuno,
Menerobos hambatan pemahaman,
Membuka pemahaman dan ucapan.
REVELATION OF LANGUAGES."
Takahiro berusaha mengikuti irama Nona Katharyn, tetapi suaranya terlalu cepat dan sulit untuk ditangkap. "Aku tidak bisa mengikuti iramanya, Nona Katharyn terlalu cepat membaca mantra sihirnya. Aku pun mencoba meminta Nona Katharyn untuk membacakannya lagi dengan lambat, tetapi tetap sama saja. Sepertinya ini sedikit sulit bagiku."
"Baiklah, aku akan menuliskan mantra sihirnya. Ini tulisan mantra sihirnya, Takahiro. Dan juga, ini sudah siang. Sudah waktunya untuk makan siang. Apakah kamu ingin ikut?" Nona Katharyn menawarkan pilihan yang membuat Takahiro merasa lebih nyaman.
"Maaf, Nona Katharyn. Saya akan berada di perpustakaan sambil belajar menggunakan mantra. Saya yakin saya bisa mempelajarinya." Semangatnya mulai tumbuh, meskipun ada rasa cemas yang menyertainya.
"Baiklah, jika itu yang kamu inginkan. Aku akan menyuruh salah satu pelayanku untuk menemani kamu."
"Terima kasih, Nona Katharyn!" Takahiro merasa beruntung mendapatkan dukungan darinya.
Karena Nona Katharyn telah menulis mantra-nya di kertas, Takahiro bisa mencoba berkali-kali tanpa harus merepotkan Nona Katharyn.
"Tidak apa-apa. Aku berharap kamu bisa menguasainya."
"Maaf telah membuat Putri Katheryn menunggu. Ada yang bisa saya bantu, Putri?" Suara pelayan yang baru masuk membuat Takahiro tersadar dari lamunan.
"Evelyn, sudah berapa kali aku harus bilang jika tidak ada orang lain, jangan berbicara begitu formal. Panggil Nona saja. Aku sudah mengenal kamu sangat lama, jadi jangan begitu."
"Hehe, aku hanya bercanda, Putri Katheryn. Jangan masukkan ke hati ya. Oke, Nona, apa yang harus aku bantu?"
"Aku ingin kamu menemani Takahiro di perpustakaan sampai aku kembali. Aku khawatir Takahiro mungkin tidak mengerti beberapa hal dan membutuhkan bantuan."
"Itu mudah, serahkan kepada ku, Nona."
"Baiklah, Takahiro. Aku akan pergi dulu. Semoga kamu bisa mempelajari dengan lancar. Jika ada apa-apa, kamu bisa bertanya kepada Evelyn."
"Baik, Nona Katharyn. Terima kasih banyak."
"Baiklah, Tuan Takahiro. Perkenalkan, namaku Evelyn. Aku adalah pelayan pribadi Nona Katharyn dan yang terbaik di sisinya. Jika kamu membutuhkan sesuatu, silakan bilang."
"Ah, baik, Evelyn. Dan jangan panggil aku dengan sebutan Tuan. Aku merasa malu. Cukup Takahiro saja, oke?" Takahiro tersenyum, berusaha menciptakan suasana yang lebih santai.
Ia berpikir bahwa ia bisa berkonsentrasi dengan hanya ada Evelyn di sini, tetapi ternyata tidak bisa karena dia terlalu banyak bicara, yang membuatnya sulit berkonsentrasi membacakan mantra.
"Hei, Takahiro. Aku penasaran mantra sihir apa yang sedang kamu pelajari. Siapa tahu aku bisa membantu kamu memahami."
Evelyn tersenyum manis, membuat Takahiro merasa lebih tenang.
Ia memberikan kertas yang ditulis oleh Nona Katharyn, karena ia tidak tahu nama mantra yang diberikan Nona Katharyn kepadanya.
"Biar aku baca... hmm, oh nama mantra-nya REVELATION OF LANGUAGES."
"Wah, aku tidak menyangka Nona bakal memberikan mantra sihir ini." Evelyn tampak terkejut, dan Takahiro pun bingung.
"Apakah ada yang istimewa tentang mantra sihir ini?" tanyanya, penasaran.
"Mantra sihir yang sedang kamu pelajari itu tidak sembarang orang yang boleh mempelajarinya. Mantra itu termasuk dalam kelas Legendary, dan sangat sulit didapatkan. Jadi, maaf Takahiro, aku tidak bisa membantumu. Selain itu, mantra sihir ini terdiri dari beberapa kelas, yaitu Common, Uncommon, Rare, Very Rare, Mythical, Legendary, dan Gods."
Takahiro tertegun, tidak memahami mengapa Nona Katharyn memberikan mantra sihir kelas Legendary kepadanya. Yang aku dengar, hanya keluarga Kerajaan yang mempelajari mantra sihir itu. Jika para bangsawan mengetahui hal ini, pasti akan terjadi kegemparan.
Ia terdiam sambil memikirkan alasan di balik keputusan Nona Katharyn. Apakah karena ia memiliki takdir untuk membawa perubahan besar? Namun, pemikiran itu terasa tidak masuk akal.
"Permisi, Takahiro. Kenapa kamu terdiam seperti itu? Apakah kamu terkejut mendengar perkataanku?" Evelyn bertanya, seolah merasakan kebingungannya.
"Ah, iya. Maaf, aku sedikit terkejut mendengar hal ini. Aku tidak percaya Nona Katharyn akan memberikan mantra sihir kelas Legendary kepadaku. Aku harus bisa mempelajarinya sebelum Nona Katharyn kembali. Dan juga, terima kasih Evelyn untuk informasinya. Aku akan berusaha sebaik mungkin."
"Iya, tidak masalah. Itu sudah menjadi tugasku. Kamu harus bisa mempelajari ya, jangan sampai mengecewakan Nona."
"Baiklah, aku akan mencobanya."
"Aku harus bisa mempelajarinya." Tekadnya semakin bulat.
Takahiro tidak tahu sudah berapa kali ia gagal mengucapkan mantra. Ia telah mencoba berbagai cara hingga keringatnya bercucuran. Ia sudah membaca tulisan Nona Katharyn dengan benar, tetapi tidak ada sihir yang muncul. Kekecewaan mulai merayap dalam dirinya, tetapi ia bertekad untuk tidak menyerah.
"Baiklah, Takahiro. Aku akan memberikan sedikit arahan. Karena kamu sudah gagal hampir 50 kali, pertama kamu hanya perlu fokus dan kumpulkan Mana di kedua tanganmu. Jika sudah terkumpul, kamu bisa melepaskannya seperti yang kamu lakukan dengan alat yang dibawa Nona Katharyn tadi. Yang kedua, cobalah mengumpulkan Mana sambil membacakan mantra sihir. Jika kesulitan, kamu bisa sambil memejamkan mata. Dan yang ketiga, kamu harus percaya bahwa kamu bisa. Itu akan memberikan dorongan."
"Terima kasih atas arahanmu, Evelyn. Aku akan mencobanya." Ia mengangguk, berusaha mengingat semua petunjuk yang diberikan.
Ia harus tenang, membayangkan Mana mengalir ke kedua tangannya seperti sebelumnya, sambil membaca mantra. Fokus dan ketenangan adalah kunci.
"Baiklah, ayo mulai:
Bahasa-bahasa di dunia, suara-suara kuno,
Menerobos hambatan pemahaman,
Membuka pemahaman dan ucapan.
REVELATION OF LANGUAGES."
Takahiro perlahan membuka matanya sambil berharap bahwa ia berhasil. Namun, ia tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. Ia melihat cahaya terbang di sekitar tangannya. Takahiro tidak percaya bahwa ia akhirnya berhasil menggunakan sihir. Kegembiraan meluap-luap dalam hatinya.
Tanpa sadar, ia langsung memeluk Evelyn dengan penuh semangat. Namun, secepat kilat, ia tersadar bahwa ia secara tiba-tiba memeluk seorang wanita. Dengan cepat, ia melepaskan pelukannya sambil tertunduk malu dan meminta maaf.
"Aku benar-benar minta maaf, Evelyn. Aku tidak bermaksud begitu. Aku sangat senang bisa menggunakan sihir. Secara tidak sengaja, aku langsung memelukmu."
"Ah, tidak apa-apa. Aku tahu kamu sangat senang karena sudah bisa menggunakan sihir pertamamu. Aku juga pernah mengalami hal yang sama. Hanya saja, lain kali jangan lakukan hal seperti itu lagi. Orang lain mungkin akan menganggapmu tidak pantas."
"Baiklah, aku berjanji tidak akan mengulanginya lagi. Aku sangat berterima kasih atas arahanmu yang membantuku untuk bisa fokus."
"Iya, sama-sama. Aku senang bisa membantu. Karena kamu sudah bisa menggunakan sihir, aku akan pergi memanggil Nona. Tunggu di sini."
Takahiro merasa lega dan bangga. Ia akhirnya berhasil menggunakan sihir meskipun sedikit pusing. Nanti, ia akan menanyakan hal ini kepada Nona Katharyn.
"Takahiro, aku mendengar dari Evelyn bahwa kamu sudah bisa menggunakan sihir. Selamat!" Suara Nona Katharyn menggema di ruangan, membawa rasa bangga yang mendalam.
"Iya, berkat bantuan Evelyn, aku akhirnya bisa menggunakan sihir. Namun, entah mengapa, aku merasa sedikit pusing."
"Oh, itu hal yang wajar. Karena kamu baru saja menjadi Mage dan Mana di dalam tubuhmu masih sedikit. Nanti kamu akan terbiasa."
"Oh iya, Nona Katharyn. Aku mendengar dari Evelyn bahwa mantra yang Nona berikan itu termasuk dalam kelas Legendary."
"Evelyn memberitahu kamu, ya?" Nona Katharyn tersenyum, tampak tidak keberatan.
"Hehe, maaf Nona. Aku hanya terkejut dan penasaran saja. Jangan marah ya, Nona."
"Yasudah lah. Karena Takahiro sudah tahu, tidak apa-apa. Aku memberikan mantra sihir kelas Legendary itu atas perintah Raja. Raja berkata bahwa mantra sihir itu hanya sebagai pendukung. Kamu harus tetap belajar bahasa kerajaan manusia dan berhati-hati dalam menggunakan mantra sihir itu. Jangan sampai dilihat oleh orang lain, jika tidak, kamu akan menghadapi masalah."
"Kenapa aku harus berhati-hati?"
"Karena mantra sihir kelas Legendary sangat sulit didapatkan, dan orang-orang akan melakukan segala cara untuk mendapatkannya. Jika dijual, harganya akan sangat mahal."
"Baik, aku mengerti, Nona Katharyn. Aku akan berhati-hati dalam menggunakan mantra sihir ini."
"Baiklah, karena sudah hampir malam, Takahiro boleh beristirahat di kamarmu. Aku akan menyuruh pelayan untuk mengantarkan makan malam dan beberapa pakaian untuk kamu gunakan, serta kamus bahasa kerajaan manusia."
"Baik, terima kasih banyak, Nona Katharyn. Namun, maaf, aku tidak tahu jalan menuju kamarku."
"Evelyn, antar Takahiro ke ruangannya."
"Baik, Nona. Permisi."
"Takahiro, ikut aku. Kamu harus mengingat ruanganmu."
"Jadi, Takahiro, apa yang akan kamu lakukan besok? Aku penasaran." Evelyn bertanya saat mereka berjalan.
"Aku belum tahu apa yang akan aku lakukan. Mungkin aku akan mencoba belajar bahasa kerajaan manusia terlebih dahulu."
"Cih, membosankan! Baiklah, ini ruanganmu, Takahiro. Kamu harus ingat ya."
"Iya, aku akan mengingatnya. Terima kasih, Evelyn."
"Oh iya, aku lupa bilang. Jangan keluar dari ruanganmu di malam hari. Jika tidak, kamu akan melihat banyak hantu."
"Hahaha, aku pergi dulu. Sampai jumpa!"
Takahiro sedikit merinding, tetapi ia tahu bahwa itu hanyalah candaan. Ia pun masuk ke kamarnya dan segera membersihkan tubuhnya. Hah, ia sangat lelah. Kasurnya sangat nyaman sekali. Hmm, ia harus secepatnya memahami bahasa ini.
Tak lama, ia mendengar suara ketukan pintu dan segera membukakan pintu itu.
"Permisi, Tuan Takahiro. Saya mau mengantarkan makan malam, Tuan, serta beberapa pakaian dan kamus bahasa kerajaan manusia."
"Oh iya, terima kasih banyak."
"Iya, sama-sama. Jika begitu, saya permisi dulu, Tuan."
Dipanggil dengan sebutan Tuan itu terasa agak memalukan. Namun, ia memutuskan untuk mengabaikannya. Ia akan makan malam dan bersiap untuk hari esok yang penuh tantangan. Dengan semangat baru, ia menatap langit-langit kamar, membayangkan semua kemungkinan yang akan datang.