Jauh dari kepadatan ibu kota terdapat sebuah desa yang bernama Midorikawa, dikelilingi hutan lebat dengan suasananya yang sejuk dan menyegarkan. Penduduk nya memiliki warna mata hitam dan rambut hitam legam.
Di desa, ada dua anak dari panti asuhan yang terkenal karena kekuatan mereka yang luar biasa. Aiko, seorang penyihir jenius, bisa menggunakan sihir tingkat 7 bahkan lebih jika dia memiliki energi sihir yang banyak. berbeda dengan Ryuuji yang tidak mempunyai energi sihir sedikit pun, akan tetapi dia memiliki kekuatan fisik yang luar biasa kuat. Mereka berdua selalu bersama karena memiliki impian yang sama yaitu menjadi petualang terkuat di dunia. Aiko memiliki sifat yang lembut, akan tetapi dia selalu usil pada Ryuuji agar selalu bisa mendapatkan perhatian darinya, dia malu untuk menyampaikan perasaannya yang sebenarnya.
Di pagi yang cerah, Aiko mendatangi kamar Ryuuji dengan senyum yang menghiasi wajahnya.
"Duk duk duk," suara pukulan di pintu mengema di seluruh kamar. "Ryuuji, cepat bangun! Ini sudah pagi. Hari ini giliran kita berburu!"
"Iya, aku bangun sekarang," kataku sambil menguap."Bocah kurang ajar, itu sudah kubilangi berkali-kali, jangan ketuk pintu dengan keras-keras! Apa dia sudah lupa berapa jumlah pintu yang rusak karenanya? Padahal sekarang kan masih jam 4! Berangkat berburunya kan harusnya jam 6," gerutu Ryuuji.
"Ryuuji, kenapa masih belum bangun? ayo cepat bangun! Teman-teman sudah lama menunggu!"Iya, aku bangun sekarang,Tapi tolong berhenti mengetuk pintu dengan keras terus! nanti aku lagi yang kena marah suster," ujar Ryuuji.
"Baiklah. Kalau sudah bangun, cepat bersiap dan pakai perlengkapan berburumu. Kalau sudah cepat keluar, teman-teman sudah menunggumu!" Aiko pun berhenti mengetuk pintu dan pergi sambil tertawa ringan.
Ryuuji pun terpaksa bangun dan berjalan ke kamar mandi sambil bergumam, "Kenapa kalau membangunkanku selalu seperti itu? Memangnya dia pikir aku ini pelayanannya?"
Setelah mengenakan perlengkapan, Ryuuji keluar pintu sambil memeriksa sekeliling, tapi tidak melihat teman-temannya dan hanya bertemu suster yang sedang menyirami kebun sendirian.
"Suster, apa kau melihat teman-temanku yang akan pergi berburu?"
"Tidak, sejak tadi aku tidak melihatnya. Memangnya kalian mau berangkat berburu pagi-pagi begini?"
"Tadi pagi Aiko membangunkuku dengan alasan kalau teman-teman sudah siap dan akan berangkat berburu. Sepertinya dia berbohong," jawab Ryuuji.
Dengan tangan menutup mulut, suster berusaha menahan tawa sambil menyiram tanaman.
Tidak lama kemudian, kelompok yang bertugas berburu hari ini datang bersama perlengkapan penuh: Aiko dengan tongkat sihirnya; Takashi dengan pedang dan perisai sebagai warrior; terakhir Hiroshi dengan berbagai alat ninjanya.
Hiroshi dia pemuda yang selalu terlihat serius terhadap masalah besar maupun kecil, tetapi dia juga yang paling peduli kepada temannya, sementara temannya Takashi selalu bersemangat saat mendapatkan tugas bertarung.
"Selamat pagi, Ryuuji! Hari ini semangat sekali. Apa kau sudah tidak sabar untuk pergi berburu?"
"Pagi, Kak Takashi. Yah, tentu saja, aku sangat bersemangat. Semuanya berkat Aiko yang membangunkuku tadi jam 3 pagi buta."
Hiroshi kemudian menasehati, "Aiko, aku tahu kau suka menggoda Ryuuji, tapi jangan berlebihan. Itu akan merepotkanya. Kemarin dia sudah banyak membantu pekerjaan dapur. Sekarang, ayo cepat minta maaf padanya."
"Baik, maaf Ryuuji. Sebagai gantinya, besok kau boleh membangunkanku jam 3 pagi Aiko mengedipkan mata sambil tersenyum nakal."
"Apa untungnya aku membangunkanmu jam 4 pagi?"
"Untungnya, tentu saja kau bisa melihat wajahku yang cantik yang pertama kali di pagi hari.
"Cantik dari mana, kalau sifatnya sangat merepotkan," ucap Ryuuji pelan dengan nada mengkritik.
Aiko yang mendengar itu menjadi marah. "Apa, kalau bicara bisa lebih jelas sedikit? Aku tidak mendengarnya," kata Aiko dengan nada kesal.
"Sudah, jangan bertengkar terus! Lebih baik kalian segera berangkat sekarang," ucap suster nada lembut.
"Benar, sekarang ada banyak monster langka yang dagingnya lezat. Ayo cepat berangkat, kalau telat semua monster akan diambil pemburu lain," ucap Takashi dengan tegas.
Segera setelah sampai, kami mulai mencari jejak monster langka bernama Giant Black Wild Boar, monster raksasa yang muncul saat bulan tertentu saja. Berukuran 2 kali lebih tinggi dan lebih besar dari rumah biasanya, memiliki kulit sekeras besi, moncong yang panjang, dan taring putih yang besar dan mengkilap. Bisa dijadikan bahan yang bagus untuk senjata. Tak lama setelah sinar matahari terasa menyengat, kami masih belum menemukan monter langka itu Akhirnya, kami beristirahat di bawah pepohonan yang lebat.
"Fuhh, kenapa dari tadi hanya monster biasa saja yang muncul?" Aiko mulai lelah karena tidak menemukan target buruan yang diincar.
"2 hari lalu banyak bangsawan dan para ksatria yang bermalam di desa. Apa mungkin semua monster langka sudah diburu para bangsawan?" ujar Takashi dengan curiga.
"Sepertinya iya, karena daging monster langka itu terkenal lebih gurih dan empuk dibanding daging monster lainnya. Di desa ini memang harganya murah, tapi di kota harganya cukup mahal," Hiroshi berkomentar.
Aku kemudian menganjurkan untuk berburu monster biasa, tapi Aiko menolak. Dia masih ingin mencari sedikit lebih lama lagi terpaksa kami mengalah hingga waktu Malam tiba, kami menemukan jejak kaki yang cukup besar. Setelah mengikuti jejak kaki tersebut, akhirnya kami menemukan monster langka. Kami sangat bahagia sekali, Aiko sampai mengeluarkan air mata karena perjuangan kami membuahkan hasil.
"Baiklah, sekarang monster yang punya daging empuk dan gurih sudah di depan mata. Ayo cepat kita habisi, setelah itu kita pesta barbeque!" Ujar Takashi dengan penuh semangat.
Hiroshi kemudian mendekati target buruannya dengan teknik bayangannya lebih dulu untuk menganalisis monsternya, dan kembali dengan cepat.
"Tunggu dulu, Takashi. Aku lihat ukuran monster itu lebih besar dari monster langka lainnya. Kemungkinan levelnya sangat tinggi sekali, dari yang lainnya. Makanya, para bangsawan tidak mau mengambilnya. Sayangnya, lebih baik kita pasrah saja," kata Hiroshi dengan tegas.
"Terus apa yang harus kita lakukan? Padahal kita sudah sejauh ini. Tidak mungkin kita menyerah begitu saja. Aku tidak mau makan daging yang keras terus," ujar Aiko dengan cemberut.
"Maaf Aiko, untuk kali ini sepertinya kita tidak bisa mengalahkan monsternya. Meski dengan sihir tingkat 7-mu, itu tidak akan langsung menumbangkannya," ujar Hiroshi.
"Ryuuji, apa kau tidak punya ide seperti biasanya?" ujar Aiko dengan mata berkilau.
"Aku punya ide, tapi ini semua bergantung pada sihir nya Aiko. Kau pernah bilang bisa saja menggunakan sihir di atas tingkat 7 lebih, tapi itu perlu energi sihir yang sangat besar. Untuk itu, kakak Hiroshi dan Takashi akan memberi sebagian energi sihir kepada Aiko agar bisa melancarkan sihir tingkat 8. Jika monsternya sadar akan keberadaan kita, aku akan berusaha menahannya selama mungkin," ujar Ryuuji dengan serius.Setelah mendengar idenya, mereka pun terkejut karena rencananya yang terlalu berbahaya untuk Ryuuji.
"Apa kau benar-benar serius, Ryuuji? Memang kekuatan fisikmu paling kuat di desa, tapi tidak mungkin kau bisa menahan monster dengan level setinggi itu sendirian saja," ucap Takashi yang menolak.