Lorong-lorong markas Fortex yang biasanya terang dan ramai kini terasa lebih sepi saat malam tiba. Furqon dan Zafran menyelinap menuju ruang arsip digital, tempat semua log rapat disimpan. Mereka telah sepakat untuk mencari jawaban atas sikap aneh Dr. Jarir sejak rapat penting tadi siang.
Setelah beberapa saat bekerja di depan terminal, Furqon berhasil membuka file rekaman rapat Dewan Penghubung. Namun, apa yang mereka temukan bukan hanya catatan biasa. Di dalamnya terdapat beberapa bagian yang disensor—sesuatu yang tidak pernah terjadi sebelumnya di Fortex.
"Lihat ini," Furqon menunjuk pada potongan data yang dihapus. "Ini jelas disengaja. Tapi kenapa?"
Zafran mengerutkan kening. "Mungkin ini ada hubungannya dengan ancaman lintas dimensi yang disebutkan tadi. Tapi kenapa Jarir menyembunyikannya dari kita semua?"
Furqon mendesah. "Kita harus bicara langsung dengannya. Ini terlalu penting untuk hanya menebak-nebak."
Pagi berikutnya, Furqon dan Zafran menemui Dr. Jarir di ruang kerjanya. Dr. Jarir tampak lelah, matanya menunjukkan bahwa ia kurang tidur.
"Furqon, Zafran. Ada apa?" tanyanya, berusaha terdengar tenang meski jelas ada ketegangan dalam suaranya.
"Kami ingin tahu," Zafran langsung memulai, suaranya serius. "Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa data rapat kemarin disensor, dan kenapa Anda bersikap berbeda?"
Dr. Jarir menghela napas panjang, lalu mengisyaratkan mereka untuk duduk. Ia memandang keduanya dengan ekspresi campuran antara kelelahan dan keteguhan hati.
"Kalian pantas tahu," katanya akhirnya. "Ada ancaman nyata yang sedang kita hadapi, ancaman yang jauh lebih besar dari yang bisa kalian bayangkan."
Furqon dan Zafran saling bertukar pandang, lalu mendengarkan dengan saksama.
"Divisi Intelijen Strategis menemukan anomali energi di dimensi Georgia setelah kalian kembali. Anomali ini tidak hanya menunjukkan aktivitas lintas dimensi, tetapi juga potensi invasi dari entitas yang belum kita kenal. Jika informasi ini bocor terlalu cepat, akan terjadi kepanikan di antara para anggota divisi kita."
Dr. Jarir melanjutkan, suaranya rendah tetapi tegas. "Saya bersikap seperti itu di rapat bukan karena saya tidak peduli pada laporan kalian, tetapi karena saya harus melindungi semua orang di Fortex. Kita belum tahu apa yang sedang kita hadapi, dan sampai kita memahami situasinya, saya tidak ingin ada yang bertindak gegabah."
Furqon mengangguk perlahan. "Jadi, Anda mencoba menahan informasi itu demi menjaga stabilitas di dalam markas?"
"Benar," jawab Dr. Jarir. "Jika saya tampak tergesa-gesa, itu karena saya tidak ingin ada diskusi yang memancing ketakutan sebelum kita punya rencana yang matang. Saya tahu tindakan ini mungkin tampak salah, tapi percayalah, ini semua demi kebaikan kita bersama."
Zafran menyandarkan tubuhnya ke kursi, pikirannya berputar. "Kami mengerti. Tapi Anda harus tahu, kami siap membantu. Kami bukan hanya anggota Divisi Perjalanan Waktu. Kami juga bagian dari tim ini. Jika ada ancaman, kami ingin tahu agar bisa membantu mengatasinya."
Dr. Jarir tersenyum tipis, rasa lega terlihat di wajahnya. "Kalian benar. Saya tidak bisa melakukannya sendiri. Baiklah, mulai sekarang, kalian akan menjadi bagian dari tim inti yang menangani masalah ini. Tapi ingat, informasi ini harus tetap rahasia sampai kita benar-benar memahami apa yang kita hadapi."
Furqon dan Zafran mengangguk serempak. Meski banyak pertanyaan masih tersisa, mereka kini tahu bahwa Dr. Jarir tidak menyembunyikan sesuatu karena motif yang salah. Sebaliknya, ia menanggung beban besar untuk melindungi semua orang di Fortex.
Saat mereka meninggalkan ruang kerja Dr. Jarir, Furqon menoleh ke Zafran. "Aku rasa kita harus bersiap untuk sesuatu yang lebih besar."
Zafran tersenyum tipis, meski matanya menyiratkan kewaspadaan. "Kita selalu siap."
Dan dengan itu, langkah mereka kembali menyatu, bersiap menghadapi ancaman yang perlahan mulai terungkap.