Chereads / Chronicles of the Eternal Wanderer / Chapter 2 - Jejak Pertama di Dunia Baru

Chapter 2 - Jejak Pertama di Dunia Baru

Padang rumput hijau terbentang luas di hadapannya. Angin sepoi-sepoi berembus lembut, membawa aroma manis dari bunga liar yang bermekaran di sela-sela rerumputan. Dunia ini terasa segar, hidup, berbeda dari kehancuran yang baru saja ia tinggalkan.

Raine Veritas berdiri dengan diam, mencoba memahami situasinya. Tubuhnya terasa ringan, seperti terbebas dari beban yang selama ini membelenggunya. Namun, dalam pikirannya, bayangan pria berjubah hitam dan kata-kata sinisnya masih menghantui.

> "Dimensi baru terdeteksi."

"Status: Awal."

"Tujuan: Lindungi Nexus Dunia."

Suara mekanis yang dingin bergema di dalam pikirannya, memberikan informasi yang samar namun cukup jelas untuk menyalakan alarm di benaknya.

"Lindungi Nexus Dunia…" gumam Raine, mengulangi kata-kata itu. Dia tidak tahu apa yang dimaksud dengan Nexus, tetapi jika itu adalah misinya, maka dia harus memulai pencarian.

Dia menunduk, memperhatikan pedang di tangannya. Cahaya yang sempat redup kini bersinar kembali, meski masih lemah. Senjata itu adalah satu-satunya benda yang selalu menyertai dirinya dalam setiap dunia—sebuah pengingat akan perjalanan yang tak pernah selesai.

Namun, dia tidak sendiri lama. Di kejauhan, bayangan seseorang mendekat, siluetnya kecil namun bergerak dengan penuh keyakinan.

---

Raine berjaga-jaga, tangannya erat menggenggam gagang pedangnya. Dunia baru ini mungkin terlihat damai, tetapi ia tahu lebih baik daripada percaya pada penampakan semata.

Ketika sosok itu semakin dekat, ternyata itu seorang perempuan muda. Rambut cokelatnya terurai bebas, dan matanya berkilau seperti zamrud. Dia mengenakan pakaian sederhana, tetapi langkahnya penuh percaya diri. Saat dia sampai di hadapan Raine, wajahnya menunjukkan rasa ingin tahu yang jelas.

"Siapa kau?" tanyanya langsung, tanpa basa-basi.

Raine terdiam sejenak, mencoba membaca maksud di balik tatapan perempuan itu. Tidak ada ancaman yang terlihat, tetapi pengalamannya mengajarkan bahwa bahaya sering datang tanpa tanda-tanda.

"Aku… seorang pengembara," jawabnya akhirnya, memilih kata-kata dengan hati-hati.

Perempuan itu memiringkan kepalanya, jelas tidak puas dengan jawaban tersebut. "Pengembara, ya? Dunia ini tidak sering kedatangan orang asing. Dari mana kau berasal?"

Raine menghela napas. Bagaimana dia bisa menjelaskan asal-usulnya tanpa terdengar gila? Bagaimana seseorang bisa memahami cerita tentang siklus kehancuran dan dimensi yang terus berganti?

"Aku berasal dari… tempat yang jauh," katanya singkat.

Perempuan itu mendengus pelan, tetapi dia tidak mendesak lebih jauh. "Namaku Lyra," katanya akhirnya. "Dan jika kau tidak keberatan, aku ingin tahu kenapa kau ada di sini. Dunia ini tidak pernah sesederhana kelihatannya."

---

Raine menyadari bahwa Lyra jauh lebih tajam daripada yang ia duga. Dia memutuskan untuk mengalihkan pembicaraan.

"Lyra, apakah kau tahu sesuatu tentang Nexus Dunia?"

Mata Lyra langsung menyipit. Ekspresinya berubah dari rasa ingin tahu menjadi waspada. "Kenapa kau menanyakan itu? Nexus adalah inti dari dunia ini, tetapi tidak ada seorang pun yang bisa mendekatinya, apalagi menyentuhnya. Hanya mereka yang terpilih yang bisa melindunginya."

Raine merasakan ada sesuatu yang bergetar di dalam dirinya. Kata-kata itu memiliki makna yang dalam, seperti teka-teki yang mulai terbentuk.

"Apa kau tahu di mana Nexus itu berada?" tanyanya lagi.

Lyra terdiam sejenak, jelas tidak nyaman dengan pertanyaan itu. Namun, akhirnya dia menghela napas. "Aku tidak tahu pasti, tetapi ada satu tempat yang sering disebut-sebut dalam cerita rakyat. Namanya Sanctuary of Origin. Jika kau mencari Nexus, mungkin kau bisa mulai dari sana."

"Sanctuary of Origin…" Raine mengulangi nama itu, mencoba mengingatnya.

Lyra menatapnya dengan tatapan penuh curiga. "Tapi kau harus berhati-hati. Banyak orang yang menginginkan kekuatan Nexus untuk tujuan mereka sendiri. Dunia ini mungkin terlihat damai, tetapi di balik semua ini, ada konflik yang tak pernah berhenti."

Raine mengangguk. Dia tahu itu. Di setiap dunia yang ia kunjungi, konflik selalu menjadi inti dari kehancuran.

---

Setelah sedikit pembicaraan, Lyra menawarkan untuk membimbingnya ke desa terdekat. "Kau butuh persediaan dan informasi lebih banyak sebelum memulai perjalanan. Jika kau benar-benar berniat mencari Sanctuary, kau tidak bisa melakukannya sendirian."

Raine mengikuti Lyra, berjalan di jalan setapak yang membelah padang rumput. Dalam keheningan itu, dia merenungkan langkah selanjutnya.

Nexus Dunia. Sanctuary of Origin. Apa artinya semua ini? Dan mengapa dia selalu menjadi bagian dari siklus yang tak berujung ini?

Langkah demi langkah, Raine merasa dirinya semakin terikat pada dunia ini. Jika ini benar-benar kesempatan baru, dia tidak akan menyia-nyiakannya.

"Kali ini," katanya dalam hati, "Aku akan menemukan jawabannya. Aku akan menghentikan siklus ini, apa pun yang terjadi."

Langit biru yang cerah di atas mereka perlahan memudar, berganti dengan cahaya jingga senja. Dan di kejauhan, tanda-tanda peradaban mulai terlihat—desa kecil yang dikelilingi oleh tembok kayu.

Namun, jauh di lubuk hatinya, Raine tahu bahwa kedamaian ini tidak akan bertahan lama. Dunia ini, seperti semua dunia sebelumnya, pasti menyimpan rahasia kelam yang akan segera muncul ke permukaan.

Dan perjalanannya baru saja dimulai.