beberapa jam berlalu setelah pertarungan antara Irman dan Alvin selesai ketika Alvin menjelaskan tentang dirinya yang bisa berubah menjadi Vampire merupakan sebuah paksaan dari seorang Raja iblis Gabriel
keadaan gelap matahari terbenam menandakan malam telah tiba kini Energi Mana Alvin semakin meningkat pesat akibat perubahan waktu
bintang-bintang di langit yang gelap menyinari hutan dengan diiringi sebuah peristiwa Fenomena Aurora
Fenomena ini hanya dapat terjadi ketika Kita berada didekat sebuah pegunungan di kutub es
Aurora terjadi ketika partikel yang berasal dari angin matahari bertabrakan dengan atmosfer bumi
Vina, Alvin, maupun Irman dengan terkagum menatap langit yang indah rasanya seperti melupakan segala masalah yang ada di hidupnya
Irman berkata dengan nada tenang
"Aku sudah lama tidak melihat fenomena ini... sejak puluhan tahun lalu Terakhir aku melihatnya ketika shinigami masih utuh dan masih ada perdamaian"
Vina menjawab sambil memegangi kepalanya
"saat aku melihat cahaya Aurora aku seperti teringat dengan seseorang... tapi ingatan ku samar-samar tentang orang tersebut"
Alvin menatap keatas langit dengan kagup sambil terdiam lalu berdiri dengan bangga
"ini merupakan peristiwa yang selalu aku saksikan setiap malam dan saat aku melewati hari-hari yang panjang dan melelahkan Aurora ini seperti menghiburku"
Vina dengan cepat kemudian menggelengkan kepalanya dan mulai berdiri mengangkat gagang pedangnya sambil terus memandangi Aurora lalu menatap kearah mereka berdua
"Kok bisa jadi bahas Aurora sih? kita kan masih ada tugas Dari ayang mu itu man? kalo ga selesai elu gabakal bisa keluar dari Fairy Forest loh?"
mendengar Perkataan Vina Irman menjadi sedikit jengkel dan menatapnya dengan tatapan tajam lalu menjawab
"Eh goblok! gua cape anj- abis gelud lawan Vampire, Meskipun tubuh gua udah beregenerasi tetep aja Mana gw abis puki"
Vina Menjawab sambil mengerutkan dahinya dan membalas tatapan tajam Irman
"Santai aja bajing, Cuma ngingetin"
Alvin yang menyaksikan kejadian tersebut menghela nafas sambil berkomentar
"Udahlah woi... udah malem juga gausah berantem"
****
Mereka bertiga melanjutkan perjalanan nya menuju Kaki gunung Byrothy, Karena Alvin telah kehabisan energi Pasif dari gunung tersebut otomatis telah dinonaktifkan karena pusatnya telah tiada
Vina berjalan dengan anggun sambil melihat sekeliling hutan yang gelap mencari tanda-tanda kehidupan namun tidak menemukan apapun selain pohon dan semak belukar
Vina Bertanya Pada Alvin seolah merasakan sesuatu yang janggal
"Uhh... Alvin, di gunung ini emangnya gaada tanda-tanda kehidupan kah? kita daritadi udah berjalan sekitar du puluh menit loh? seharusnya kan menemukan hewan ataupun pemukiman warga?"
Alvin menjawab
"Emang ada manusia yang mau tinggal di gunung yang terkenal mematikan? palingan kalo engga Tarzan ya Anak-anakan monyet!"
Irman menyela pembicaraan mereka
"Iya tuh dongo banget, Otaknya ga dipake apa padahal kan udah jelas sebelum kita ketemu Alvin Gunung ini Ada pasifnya yang membuat mahkluk hidup mati perlahan kehabisan mana"
Mendengar Komentar Irman Vina pun kesal dan kemudian memukul kepala Irman menggunakan Batu Bata dengan keras
Bughh!!!
"Arghh... Bajinga-"
Irman berteriak kesakitan sambil memegangi kepalanya yang agak benjol sementara Vina memasang wajah cemberut sambil menyilangkan tangan di dadanya
setelah beberapa saat menyusuri Hutan akhirnya mereka sampai di sebuah tebing besar yang membuat pemandangan Aesthetic akibat pencahayaan dari Fenomena Aurora
dilangit
"Sepertinya Perjalanan kita hampir sampai... karena kita sudah berada di tebing mungkin kita hanya perlu mencari Bunga Edelweiss" Ucap Vina
Alvin terlihat heran sambil melihat kepada kedua orang tersebut
"hmm...? memangnya tujuan kalian ngapain di gunung ini?"
Suasana hening sejenak saat ia selesai menyelesaikan kata-katanya angin sepoi-sepoi terasa sangat dingin saat menyentuh kulit, suara hembusan angin memenuhi suasana
Irman menjawab
"ohh iya ya... kita kan belum ngejelasin tujuan kita kesini..."
"hmph, Dongo sih!" ucap Vina
Irman kemudian menjelaskan Tujuan mereka ke Hutan peri untuk menyelesaikan misi yang diberikan oleh Kekasihnya agar dia bisa bebas dan tidak harus tinggal di hutan peri selamanya walaupun mereka tidak tahu apa alasan Aellynn menyuruh mereka membawakannya sebuah bunga
Setelah mendengar penjelasan dari Irman Alvin kemudian mengangguk dan menghela nafas panjang
"Oalah... jadi gitu, baiklah sepertinya aku bisa memahami kenapa Kekasihmu menyuruhmu membawakannya sebuah bunga, Mungkin sebagai simbol kesetiaan?"
Irman mengangguk dan menjawab
"Hmm... entahlah sepertinya begitu, tapi aku yakin Misi ini bisa berhasil dan tidak harus menimbulkan perjuangan yang melelahkan"
Irman kemudian menoleh kearah belakang untuk berbicara dengan Vina
"omong-omong Vina apakah kamu-"
sementara itu Vina Hanya duduk diam di tepian tebing di atas batu sambil memandangi Cahaya Aurora di atas langit tenggelam dengan pikirannya sepertinya dia memikirkan sesuatu yang berat
Vina Bergumam pelan pada dirinya sendiri, posisi Vina dari Kedua orang itu lumayan jauh hingga mereka tidak bisa mendengar apa yang sedang ia ucapkan
"Kalo udah selesai ngerjain misi dan bisa ngumpulin seluruh shinigami... apakah aku bisa mengalahkan para raja iblis? padahal aku pernah dengar bahwa Kaisar Arthur sendiri pernah bertarung setengah mati demi kedamaian dunia yang abadi namun tetap saja ada yang mengusiknya"
"yaampun! laper banget... uang ku habis lagi akibat ga kerja sama sekali... walaupun aku telah memakan sebuah Apple sihir itupun tidak akan membuat ku kenyang... kayaknya efeknya udah ga bekerja lagi sama aku"
"kalo misi ini udah selesai gw mau tidur dimana ya? masa bangun tenda lagi, eh masa aku tidur sama dua Anomali yang gabisa akur sama sekali!? ..."
Tiba-tiba Alvin menepuk pundak Vina yang membuatnya tersentak ia kemudian dengan cepat melihat kearah Irman dengan kaget
"ngagetin aja ah! gausah kaya gitu gabisa kah?"
Alvin tertawa kecil saat melihat Reaksi Vina lalu kemudian ia menjawab
"kayaknya ada seorang kapten yang ngambek nih, lagi mikirin apa sih sampe termenung begitu?"
Vina menggelengkan kepalanya dan kemudian menatap kebawah dengan ekspresi murung
"enggak... bukan apa-apa kok"
Alvinn kemudian duduk di sebelah Vina sambil menemaninya
"sepertinya kamu hanya perlu istirahat, kamu membutuhkan sesuatu kapten?"
terdengar suara gemuruh perut keroncongan yang berasal dari Vina,
wajahnya memerah karna kejadian tersebut yang tak disengaja membuatnya malu
"uhm... anu- mungkin aku perlu sesuatu untuk dimakan apakah kau punya?"
Alvinn kemudian menjawab sambil terkekeh pelan melihat reaksi Vina
"hehe, mungkin kamu memang memerlukan makanan, sejak kapan kamu berhenti makan?"
Vina menjawab
"sekitar... 15 jam yang lalu"
Alvinn menyipitkan matanya dan menatap Vina dengan heran
"hah!? kamu manusia biasa tapi kok bisa bertahan dari rasa lapar yang lama? seharusnya kan tubuhmu melemas kalo engga ya pingsan"
"ya ini mangkanya tubuhku udah mulai melemas akibat kekurangan makan"
jawab Vina
Irman Tiba-tiba menyela pembicaraan mereka
"ada apasih Ribut bener, mau tidur juga gabisa!"
Malam itu mereka Bertiga Melakukan interaksi dan pembicaraan setelah sekian lama tidak bertemu dan berkontak
Dibawah cahaya rembulan dan juga Fenomena Indahnya Aurora mereka menjadikan malam tersebut menjadi sesuatu yang menyenangkan, meskipun sifat mereka agak menyebalkan dan beberapa kali membuat Vina Bad mood dan kesal mereka tetaplah teman yang setia dan mendukung satu sama lain serta memiliki tujuan yang sama yaitu membawa kedamaian dunia bagi semua mahkluk hidup
perjalanan mereka masih panjang dan memiliki banyak rintangan yang masih belum diketahui
•
•
•
To Be Continued