"Maaf namun di lihat dari kemampuan anda posisi yang anda pilih sangat kurang bahkan jauh dari layak "
"Di prusahaan kami saat ini posisi tersebut sudah di hapus"
"Anda bilang anda dapat mengoperasikan word family dengan terampil namun apa ini"
Penolakan dan penolakan, itulah yang sering Dio Dapatkan ketika iya melamar pekerjaan, basic nya mengenai posisi perkantoran memang sangat kurang bahkan seperti yang di katakan HRD saat wawancara sebelumnya "sangat kurang".
Hal ini membuat Dio sangat sulit dalam mencari kerja bahkan tak jarang saat HRD melihat kemampuanya iya menghina nya karena kemampuanya yang buruk.
Sebenarnya Dio sendiri kurang mahir dalam mengoperasikan Sofware pengolah data tersebut iya hanya melebih-lebihkan kemampuanya saja yang ada di CV supaya ketika ada lowongan iya dapat di panggil.
Namun walau begitu Dio bukan lah beban pengangguran yang suka leha-leha selama 5 tahun iya selalu belajar namun karena mungkin bukan passionya dan terkadang ketika wawancara tes yang di berikan sulit membuat dio menyerah.
Dio sendiri memiliki kemampuan dan keahlianya tersendiri sebagai seorang lulusan SMK jurusan DKV Dio mampu dan dapat mengoperasikan Aplikasi Desain dan Animasi selama 5 tahun Dio juga menyambi sebagai freelace namun hasilnya selalu zonk karena di pakai untuk membayar hutang yang tak kunjung usai.
Di tambah era sekarang yang mana orang-orang mulai beralih menggunakan AI membuat Dio kesulitan dalam mencari nafkah selain itu akibat maraknya penggunaan AI posisi pekerjaan yang menggunakan skill desain mulai di hapuskan.
***
"TV sama Kulkas Ibu kami bawa karena Ibu belum membayar cicilan"
"Jangan Pak akan saya lunasi segara"
Bug//suara tendangan
"Mamah... huaa...huaa"
"Minggir sana pokonya barang-barang ibu saya kembalikan kalo ibu sudah membayar lunas hutang ibu"
"Pak..tolong pak... saya akan melunasinya segera"
Brumm// suara mobil melaju kencang pergi dari kediaman Dio
Kehidupan Dio cukup prihatin sebenarnya di mana 3 tahun lalu sang ayah meninggalkan mereka dan menikah lagi dengan wanita kaya selain itu bajingan ini meninggalkan hutang yang sangat amat besar yang harus di tanggung Dio dan kelurganya.
***
"Hah.. harus cari ke mana lagi yah hari-hari makin sulit belum lagi harus bergelud dengan lulusan S1" gumam Dio duduk terdiam di bawah pohon pinus yang rindang.
Kruk//krukk! Suara perut
Dia memegangi perutnya iya sadar bahwa sedari pagi iya belum makan iya merogoh sakunya dan menemukan uang 50 ribu dio menghitung pengeluarannya untuk ongkos pulang dan masih tersisa 15 ribu untuk makan.
Segera Dio pergi ke warung makan untuk membeli nasi setelah selesai iya pun keluar, iya tak makan di tempat karena ramai namun ketika Dio keluar dari warung makan iya melihat 2 sosok anak kecil yang sedang mengorek tempat sampah.
Seketika dio teringat dengan 2 adiknya di rumah iya berfikir apakah nasib ke-2 adiknya akan sama jika iya dan ibunya pergi meninggalkan mereka, dio menggelengkan kepelanya tak mau iya memikirkan hal seberat itu.
Sejenak dio terdiam iya sangat lapar namun iya tak tega iya pun menghampiri ke-2 anak tersebut dan memberikan nasi yang di beli tadi nampak raut wajah bahagia tergambar dari keduanya.
"Dek! " sapa Dio ramah
"Iya a" balas mereka berdua sopan
"Ade udah makan ?"
"..." mereka saling menatap lalu menggelengkan kepala.
"Nah ini aa ada makanan di makan yah" balas Dio sambil menyodorkan nasi bungkus iya baru iya beli
"Terima kasih aa" balas keduanya dengan senyum bahagia tak lupa juga ke -2 anak-anak tadi menyelami Dio dengan sopan.
Setelah memberikan makan siang miliknya dio pun pergi iya memutuskan untuk pulang karena iya bingung harus ke mana lagi karena beberapa jadwal interviu di lakukan di hari lain, dengan langkah lunglai iya pun pergi menaiki kendaraan umum.
***
"Assalamualaikum Buk Dio pulang" ucap dio membuka pintu nampak suasana yang hening.
"aa pulang aa pulang" teriak ke-2 adik dio memecah keheningan.
" aa bawa labubu gak "
" aa bawa barbie peri pesenan aku gak"
Di hadang dengan permintaan yang belum terkabulkan membuat dio cukup sedih namun untung saja ke-2 adiknya paham ketika di jelaskan.
" Adam Lulu aa belum ada rejeki nanti kalo aa ada rejeki aa pasti beliin" ucap Dion lembut sambil mengelus kepala adiknya.
"Hem.. gak papa aa kita berdua bercanda kok hehe " balas keduanya dengan senyuman yang jail.
"Nanti ya adek aa yang manis, oh iya mamah ke mana de" tanya Dio heran karena tak melihat sosok sang ibu.
"Mamah lagi di kamar a, oh iya tadi om-om serem ke sini"
"Om-om serem?" Tanya dia heran.
"Iya yang kemarin bawa galon sama lemari tadi datang lagi bawa kulkas sama TV mamah juga tadi di tendang" jelas sang adik membuat hati Dio seakan teriris.
"Yaudah kalian main yah aa mau istirahat dulu"
"Oke siap aa"
Ceklek// suara pintu
Dio masuk ke kamar sang ibu, nampak sang ibu yang tengah terlelap tidur dan memegang sebuah bros emas peninggalan sang nenek iya tahu sang ibu ingin menjual barang tersebut.
Pelan-pelan Dio mengambil bros tersebut dan menyimpannya kembali ke lemari iya pun membenarkan posisi tidur sang ibu dan memberikanya selimut, Dio juga mengelus rambut sang ibu lembut dan mencium keningnya.
Dio keluar dan hendak berjalan-jalan di sekeliling kampung untuk menenangkan pikiranya, saat iya sampai di perkebunan iya melihat orang-orang yang sedang memanggul karung berisi sayuran tanpa pikir panjang dio pun menghampiri untuk ikut membantu.
"Mang tarjo" sapa Dio kepada sorang pria tua berusia 50 tahun.
"Eh si kasep ka mana wae kasep" balas sang paman.
"Ada mang gak ke mana-mana"
"Sekarang kerja di mana yo" tanya sang paman.
"Ya gitu lah hehe susah mang sekarang mah" jawab dia malu.
"Yaudah gak papa sing sabar we nya milik mah moal ka mana" ucap sang paman memberi semangat.
"Iya mang"
"Mang, dio boleh bantuin angkat-angkatan sayuran sama buahnya gak mang" tanya dio memohon.
"Owh sok atuh sok kebetulan mamang ge butuh tenaga tambahan" balas sang paman.
Mendegar itu Dio pun langsung semangat iya segera bergegas membantu ketika iya sudah di ijinkan, melihat sosok Dio yang pekerja keras membuat Pak Tarjo senang sekaligus sedih.
Iya sendiri tahu kehidupan Dio begitu berat sehingga tak jarang Pak Tarjo sendiri sering memberikan pekerjaan di ladang jika ada.
Waktu sudah menunjukan pukul 4 sore semua karung sayuran sudah di angkut menggunakan mobil kini tinggal para pekerja yang sedang mengantri meminta upah.
"Mang ini sisa sayuran yang gak ke panen boleh Dio ambil gak" tanya Dio meminta ketika iya melihat ladang yang penuh dengan sayuran sisa.
"Sok-sok mangga" balas sang paman
"Jangan di buka di sini nanti di rumah aja takut yang lain iri" bisik Pak Tarjo sambil menyelipkan amplop.
Dio hendak menolak namun Pak tarjo pergi membawa para pegawainya, Pak Tarjo memang sering membantu kelurga Dio karena beliau tahu kehidupan kelurga Dio begitu sulit.
Dio mengais sisa-sisa sayuran yang tak di ambil biasanya sayuran ini di biarkan karena kondisinya yang tak layak di jual karena ukuranya yang kecil atau jelek walau lelah nampak Dio senang bisa mendapatkan sayuran segar untuk kelurganya.
Setelah Selesai dari ladang Dio pulang dengan membawa 3 keresek sayuran, setelah beristirahat sejenak Dio mandi dan berpakaian rapih.
Ceklek// suara pintu
"Yo udah pulang" tanya sang ibu yang nampaknya baru bangun.
"Udah bu dari tadi, oh iya itu ada sayuran dari ladang tadi Pak Tarjo panen, terus ini upah tadi bu" ucap Dio sambil menyodorkan amplop.
Sang ibu tak kuasa menahan air mata iya menangis dan memeluk tubuh putra nya kalimat maaf terus terucap dari bibirnya, Dio pun menenangkan sang Ibu.
"Bu udah gak papa, sekarang Dio mau ke bank ambil simpenan Dio"
"Emang sih ini buat biaya sekolah Adam sama Lulu tapi untuk keadaan saat ini bayar hutang ke Pak Sambo lebih penting takutnya preman-preman tadi datang lagi ke sini"
"Untuk bros peninggalan nenek Ibu simpen aja kan nenek dulu bilang jangan sampe bros itu hilang" jelas Dio sambil memegang tangan sang ibu.
Sang ibu kembali menangis iya bahagia karena telah di karunia putra yang sangat baik iya juga bahagia bahwa sifat bejad sang ayah tak di turunkan pada anak-anaknya.
Setelah menenangkan sang Ibu Dio pergi ke bank untuk mengambil sejumlah uang, uang ini merupakan hasil dari iya kerja freelance, setelah mengambil uang iya pergi ke salah satu mall untuk membeli peralatan sekolah sang adik yang sebentar lagi masuk SD.
Dio sengaja mengambil uang lebih agar iya bisa membelikan peralatan sekolah yang layak untuk adik-adiknya iya pun pergi ke salah satu toko khusus di mana toko itu menjual peralatan sekolah.
Setelah berbelanja iya pun pulang namun sebelum ke rumah Dio pergi ke rumah rentenir kikir iya membayar hutang ayahnya selama 5 bulan kedepanya dan meminta kembali barang yang di sita.
Rentenir itu pun menyetujuinya dan langsung mengembalikan barang-barang yang di sita di hari itu juga.
Tin//tin suara mobil.
Sang ibu dan sang adik keluar melihat mobil bak yang mengangkut barang-barang milik mereka yang simpat di sita nampak raut wajah bahagia tergambar dari ketiganya.
Setelah selesai Dio mengucapkan terima kasih kepada preman-preman itu, serasa tersentuh salah satu preman pun meminta maaf karena tadi pagi menendang tubuh sang ibu kini mereka pun damai, walau begitu Dio masih khawatir jika 5 bulan kedepan iya tak memiliki uang untuk membayar tagihanya.
Dio membuang pikiran negatif itu, iya membawa kelurganya masuk dan memberikan paperbag alat-alat sekolah kepada adik-adiknya mereka pun nampak senang dan gembira mereka memeluk sang kaka tercinta lalu masuk.
Dio juga membeli beberapa makanan dan makanan itu di makan bersama-sama walau kehidupan kelurga Dio sulit mereka masih nampak harmonis karena saling menjaga satu sama lain.
Dio selalu berharap iya bisa selalu menyenangkan ibu dan adik-adiknya iya tak ingin ada penderitaan sekecil apa pun yang membuat kelurganya sedih.
-to be continue