Reincarnated To Another World With My Quantum Computer

godsfavperson
  • 7
    chs / week
  • --
    NOT RATINGS
  • 9
    Views
Synopsis

Chapter 1 - Rofan Krkic

Rofan Krkic adalah sosok yang dikenal sebagai jenius, salah satu ilmuwan paling cemerlang di dunia. Lulusan MIT, miliarder, dan pencipta teknologi yang sangat canggih, ia punya segalanya: kekayaan, kecerdasan, dan penghargaan dunia. Namun, di balik semua itu, ada luka yang tak pernah sembuh. Sebuah luka yang mengubah arah hidupnya dan mendorongnya untuk mengejar ambisi yang lebih besar—menjadi lebih dari manusia biasa. Menjadi Tuhan.

Masa lalu Rofan penuh dengan tragedi. Sejak kecil, ia hidup dalam keluarga ilmuwan ternama. Ayahnya, Davor Krkic, dan ibunya, Mira Krkic, adalah dua otak brilian yang tidak hanya berkontribusi pada dunia sains, tetapi juga memiliki koneksi dalam berbagai lingkaran berkuasa. Mereka bukan orang sembarangan—mereka adalah ikon dalam dunia teknologi. Namun, status mereka yang begitu tinggi membuat mereka menjadi sasaran yang empuk bagi pihak-pihak yang merasa terancam dengan kecerdasan dan kekuatan mereka.

Saat Rofan berusia 15 tahun, teroris yang menyebut diri mereka sebagai "pembela Tuhan" melancarkan serangan brutal terhadap keluarga Krkic. Mereka bukan hanya ingin membunuh, tapi juga ingin menghancurkan apa yang dianggap mereka sebagai "ancaman bagi keyakinan mereka." "Kalian yang menantang kekuasaan Tuhan, harus dihentikan!" teriak salah seorang teroris, saat dia menembakkan senjata ke arah ayah Rofan. Namun, tak seperti kebanyakan korban lain yang jatuh dalam serangan itu, keluarga Krkic tidak mudah dilenyapkan begitu saja.

Rofan, sejak kecil sudah dilatih oleh ayahnya dalam ilmu bela diri dan survival. Davor Krkic, selain sebagai ilmuwan, juga seorang yang sangat memperhatikan kemampuan fisik dan mental anak-anaknya. Di tengah teror yang datang, Rofan berusaha untuk melawan, memanfaatkan keahlian yang dia pelajari sepanjang hidupnya. Dengan gesit, dia menumbangkan dua orang teroris yang mencoba menyerangnya, tetapi jumlah mereka yang terlalu banyak membuatnya harus mundur.

"Lari, Rofan! Jangan kembali!" teriak ibunya saat melihatnya terluka. Rofan, meski terluka parah, terus melawan, namun ia akhirnya terpaksa melarikan diri setelah para teroris berhasil membunuh kedua orang tuanya. Sebuah ledakan besar menghancurkan seluruh rumah mereka, dan Rofan hanya bisa mengawasi dari jauh.

"Ngentot! Bajingan lain kali ku bantai kalian sialan! ." bisiknya dalam hati, darah orang tuanya membekas di tangan dan pakaian. Kematian orang tuanya memberikan Rofan motivasi yang lebih besar untuk mengalahkan para teroris, tapi lebih dari itu, juga mendorongnya untuk mengalahkan Tuhan—jika perlu, untuk mencegah kekejaman seperti ini terulang.

Beberapa tahun setelah peristiwa itu, Rofan mulai fokus pada penciptaan Kartasis, quantum computer pertama yang mampu memproses data dalam kapasitas tak terbayangkan. Tetapi, meskipun Kartasis adalah terobosan besar, ada hal yang lebih penting: menemukan cara agar dirinya bisa melampaui batasan manusia.

Kartasis menjadi proyek besar Rofan, dan meskipun dia tahu ancaman terhadapnya masih ada, dia tak mundur. Di laboratoriumnya, Rofan bekerja tanpa henti untuk menyempurnakan proyek tersebut. Di dalam dunia sains, dia adalah seorang pahlawan, namun di dunia yang lebih gelap, dia adalah ancaman. Beberapa pihak yang merasa terancam oleh kemajuan Rofan, terutama kelompok teroris yang sebelumnya membunuh keluarganya, mulai bergerak di bayang-bayang, memantau setiap langkahnya.

"Kartasis harus hancur." Mereka datang lagi. Kali ini, serangan itu jauh lebih terorganisir. Rofan yang telah matang dan terlatih, mampu melawan mereka. Saat mereka merangsek masuk ke dalam laboratoriumnya, Rofan dengan cepat menggunakan kecerdasannya untuk melawan. Dia memanfaatkan sistem pertahanan yang ia pasang di laboratoriumnya dan menggunakan senjata yang disiapkan untuk diri sendiri, bukan hanya untuk bertahan, tetapi untuk menyiksa para teroris yang datang.

Namun, meskipun Rofan mampu melawan, jumlah mereka yang banyak dan persenjataan yang lebih kuat memaksa Rofan untuk mundur, dan akhirnya, Kartasis hancur dalam ledakan yang terjadi. Salah satu teroris berteriak, "Kami akan mengakhiri pekerjaan yang dimulai oleh Tuhan." Ledakan itu menyelimuti seluruh ruangan, dan Rofan terlempar ke belakang, tubuhnya tertutup serpihan kaca dan logam. Namun, meski terluka parah, Rofan masih bisa bertahan hidup.

Di tengah rasa kesedihan yang mendalam karena kehilangan karya besarnya, Rofan merasa ada sesuatu yang lebih besar yang harus ia capai. "Sialan! Bangsat itu menghancurkan Kartasisku Sial!.... Aku akan membuat Komputer Kuantum baru ,"Alice". Aku tidak akan membiarkan Alice berakhir seperti Kartasis." Dalam keputusasaannya, Rofan membangun quantum computer kedua, Alice, jauh lebih kuat, lebih canggih, dan kali ini, ia memastikan Alice bukan hanya komputer biasa. Alice akan menjadi bagian dari dirinya, sebuah entitas yang akan hidup bersamanya.

Namun, dunia tak berhenti mengancam. Beberapa bulan setelah kejadian itu, para teroris yang merasa ancaman terhadap mereka semakin besar, menyerang lagi—kali ini dengan tujuan membunuhnya dan menghancurkan Alice. Rofan, yang kini lebih terlatih dan lebih siap, menggunakan kekuatan Alice untuk melawan mereka. "Aku tidak akan mati. Tidak dulu," ujar Rofan dengan penuh keyakinan.

Namun, dalam detik-detik terakhir hidupnya, saat ia sudah terluka parah dan Alice sudah menyatu dengan jiwanya, Rofan menyadari satu hal: dia telah mencapai tujuannya. "Aku akan menjadi 'lebih' dari manusia. Aku akan jadi lebih seperti Tuhan."

------------

"Tapi apakah ini akhir? Mungkin saja, aku akan kembali..." pikirnya, suaranya pelan, seolah mengalir ke dalam kekosongan yang mengelilinginya. Sebelum akhirnya ia menutup matanya, Alice berbicara dalam dirinya, sebuah suara yang lebih dari sekadar pikiran. "-Kita tidak pernah benar-benar mati, Rofan. Selama kita ada dalam ingatan."

Dan dengan itu, Rofan Krkic menutup matanya untuk terakhir kali, bersatu dengan Alice, mengukir namanya dalam sejarah sebagai seseorang yang melampaui kematian, melampaui takdir, dan melampaui Tuhan itu sendiri.

Namun, sesuatu mulai tergerak di ruang kosong yang ditinggalkan oleh tubuhnya. Sebuah cahaya samar muncul, seolah Rofan, atau mungkin hanya sebagian darinya, masih ada—siapa yang tahu? Dalam dunia lain, di tempat yang tak terduga, suatu kehidupan baru akan dimulai.

---