Chereads / BANGKITNYA DEWA PERANG / Chapter 4 - Perjalanan Menuju Pegunungan

Chapter 4 - Perjalanan Menuju Pegunungan

Bab 4:

Perjalanan menuju Gunung Suryalaya semakin berat seiring berjalannya waktu. Arka merasakan setiap langkahnya terasa lebih sulit, tubuhnya mulai lelah, dan pikirannya mulai dipenuhi keraguan. Namun, jauh di dalam hatinya, ada dorongan yang tak bisa ia jelaskan—sebuah kekuatan yang mendorongnya untuk terus maju, tak peduli betapa beratnya ujian yang menghadang.

Hari demi hari, Arka melewati hutan lebat yang tak pernah ia kenal sebelumnya. Pohon-pohon raksasa tumbuh dengan rapat, membuat cahaya matahari sulit menembus ke tanah. Suara hewan-hewan hutan terdengar di kejauhan, namun ia tak merasa takut. Meski jalanan berbatu dan terjal, tubuhnya mulai terbiasa dengan rasa sakit, dan langkahnya semakin cepat. Ia tahu, semakin dekat ia dengan Gunung Suryalaya, semakin dekat pula ia dengan takdir yang menanti.

Suatu malam, setelah berjalan sepanjang hari, Arka menemukan sebuah gua kecil di sisi gunung tempat ia beristirahat. Saat ia masuk ke dalam gua untuk berteduh dari hujan yang mulai turun, ia merasakan udara yang berbeda, lebih berat, seperti ada energi yang kuat menyelimuti tempat tersebut. Sesuatu dalam dirinya bergetar, seakan memberitahunya bahwa gua ini bukan tempat biasa.

Di dalam gua itu, Arka duduk bersandar pada dinding batu, membuka kembali Kitab Suryalaya yang telah menemani setiap langkahnya. Ia memutar-mutar halaman demi halaman, mencoba memahami ajaran yang ada di dalamnya. Namun, semakin ia membaca, semakin ia merasa ada yang aneh. Kitab itu, meskipun penuh dengan tulisan-tulisan kuno, tampak seperti berbicara padanya. Setiap kalimat terasa hidup, seolah mengalirkan energi ke dalam tubuhnya.

Tiba-tiba, sebuah suara gemuruh terdengar di luar gua. Arka terlonjak, terkejut. Ia keluar dari gua untuk melihat apa yang terjadi. Dari kejauhan, ia melihat langit tiba-tiba dipenuhi awan gelap yang bergerak cepat, seolah ada badai besar yang mendekat. Namun, bukan badai biasa—ada kekuatan yang jauh lebih besar yang menggerakkan alam sekitar. Tanpa pikir panjang, Arka merasakan bahwa inilah saatnya untuk menguji kekuatan yang ia pelajari dari kitab itu.

Ia mengangkat tangan, mencoba menghubungkan dirinya dengan energi yang ia rasakan. Kitab itu seakan memberikan petunjuk dalam pikirannya, mengarahkan langkahnya. Dengan penuh keyakinan, Arka mengucapkan mantra yang ia temukan dalam halaman terakhir kitab. Suara gemuruh di langit semakin keras, namun tiba-tiba, angin yang datang mengelilinginya terasa lembut, seolah membimbingnya.

Tiba-tiba, sebuah kilatan petir menyambar dari langit, tepat di depan Arka. Namun, alih-alih melukai, petir itu membungkus tubuhnya dengan cahaya yang menyilaukan. Arka merasakan tubuhnya dipenuhi dengan energi luar biasa, dan seketika, tubuhnya terasa ringan, seakan tidak ada batasan yang bisa menghentikan kekuatannya.

Ketika kilatan itu menghilang, Arka berdiri di sana, tertegun. Ia merasa seakan ada sesuatu yang baru saja terjadi, sesuatu yang mengubah dirinya selamanya. Kekuatan yang mengalir dalam tubuhnya bukanlah kekuatan biasa—ini adalah energi para dewa yang telah disalurkan padanya.

Saat badai mulai reda, Arka merasa lebih siap untuk melanjutkan perjalanannya. Ia tahu, meskipun ujian baru saja dimulai, ia telah diberkahi dengan kekuatan yang tak terbayangkan sebelumnya. Kini, ia lebih yakin dari sebelumnya bahwa takdirnya adalah menjadi sesuatu yang lebih besar, jauh lebih besar dari yang ia bayangkan sebelumnya.

Dengan tekad yang lebih kuat, Arka melanjutkan perjalanan mendaki Gunung Suryalaya, yakin bahwa puncak gunung itu adalah tempat ia akan menemukan jawaban dari segala pertanyaan yang telah menggelisahkan hatinya. Namun, di sepanjang jalan, ia tahu bahwa perjalanan ini belum berakhir—dan ujian-ujian yang lebih berat masih menantinya.

...