Bab 3
Malam itu, Arga kembali ke apartemennya dengan pikiran yang semakin penuh. Setelah pertemuan dengan Pak Raditya, ia merasa seperti orang asing di hidupnya sendiri. Tak ada yang pernah membayangkan hidupnya akan berbalik total dalam waktu singkat: dari seorang pria biasa yang baru saja bercerai, menjadi pewaris dari kekayaan dan bisnis besar yang tersembunyi selama ini.
Dengan lesu, Arga membuka laptopnya. Dia mencari informasi tentang perusahaan ayahnya yang bernama Nusantara Jaya Grup, yang ternyata jauh lebih besar dari perkiraannya. Perusahaan itu tidak hanya bergerak di bidang properti tetapi juga terlibat dalam investasi berbagai sektor, mulai dari teknologi, perkebunan, hingga keuangan. Semakin dalam dia menggali, semakin Arga merasa kecil di hadapan tanggung jawab yang harus dia emban.
Setelah berjam-jam membaca dan menelusuri berita tentang perusahaan itu, tiba-tiba Arga teringat sesuatu. Beberapa bulan sebelum ayahnya meninggal, ada percakapan aneh yang tak sengaja didengarnya ketika ia berkunjung ke rumah orang tuanya. Ayahnya berbicara dengan seseorang di telepon dengan nada serius, menyebutkan tentang "memastikan semuanya tetap tersembunyi." Saat itu, Arga mengira itu hanya soal bisnis biasa, namun sekarang dia mulai berpikir bahwa ada sesuatu yang lebih besar yang ayahnya sembunyikan.
Keesokan harinya, Arga kembali bertemu dengan Pak Raditya di kantor pengacara. Ia memutuskan untuk menggali lebih dalam tentang bisnis keluarga yang baru saja diwariskan padanya. Pak Raditya menyambutnya dengan hangat dan segera membawa Arga ke sebuah ruang konferensi, di mana terdapat sejumlah dokumen yang telah disiapkan di atas meja.
"Tuan Arga, ini adalah beberapa dokumen yang akan membantu Anda memahami posisi dan kekayaan perusahaan ini. Saya telah mengumpulkan semua informasi penting agar Anda bisa lebih mudah beradaptasi dengan peran baru Anda," jelas Pak Raditya sambil menyerahkan beberapa berkas tebal yang terlihat sangat serius.
Arga menghela napas, lalu membuka salah satu dokumen tersebut. Di dalamnya, ia menemukan laporan keuangan perusahaan, daftar proyek yang sedang berjalan, dan beberapa informasi tentang investasi di luar negeri. Semakin lama ia membaca, semakin ia merasa bahwa ayahnya tidak hanya membangun perusahaan besar, tetapi juga jaringan bisnis yang sangat kompleks.
Namun, ada satu dokumen yang menarik perhatiannya. Sebuah berkas yang tidak terlalu tebal, namun tertutup rapat dan berlabel "Sangat Rahasia." Arga menunjuk berkas itu dan bertanya, "Apa ini, Pak Raditya?"
Pak Raditya tampak ragu sejenak, tetapi kemudian menjelaskan. "Ini adalah bagian dari proyek yang sangat pribadi yang dijalankan oleh ayah Anda. Hanya beberapa orang saja yang mengetahui keberadaannya, termasuk saya. Bahkan, sebagian besar tim manajemen tidak mengetahui detail dari proyek ini. Ayah Anda sangat berhati-hati dalam menjaga kerahasiaannya."
Arga mulai merasakan ketegangan. "Boleh saya membacanya sekarang?" tanyanya.
Pak Raditya mengangguk. "Tentu, Tuan Arga. Anda sekarang adalah pewaris tunggal, jadi Anda berhak mengetahui semua yang perlu Anda ketahui."
Dengan penuh rasa ingin tahu, Arga membuka berkas itu. Di dalamnya, terdapat catatan tentang sebuah proyek bernama Proyek Langit Biru. Terlihat seperti proyek pembangunan besar, tetapi tidak disebutkan dengan jelas apa tujuannya. Yang lebih aneh lagi, sebagian besar pendanaan proyek ini datang dari rekening pribadi ayahnya, bukan dari dana perusahaan. Catatan ini menyebutkan beberapa lokasi di pulau terpencil, yang digunakan sebagai tempat penyimpanan material konstruksi dan tenaga kerja, tetapi tidak ada detail lain tentang tujuan proyek tersebut.
"Proyek Langit Biru ini... apakah Anda tahu apa sebenarnya yang ayah saya rencanakan?" tanya Arga, suaranya bergetar sedikit karena penasaran dan tegang.
Pak Raditya menggelengkan kepalanya perlahan. "Saya hanya tahu bahwa ayah Anda menganggap proyek ini sangat penting dan rahasia. Dia sering berkata bahwa proyek ini adalah 'hadiah' untuk masa depan, sesuatu yang akan mengubah hidup banyak orang, termasuk Anda."
Kata-kata itu membuat Arga semakin penasaran. Hadiah untuk masa depan? Apa sebenarnya yang ayahnya coba bangun di pulau terpencil itu? Kenapa ayahnya begitu merahasiakannya, bahkan dari anggota keluarga sendiri?
Sambil terus membaca, Arga menemukan beberapa nama yang terlibat dalam proyek itu. Salah satunya adalah nama seorang arsitek terkenal yang belakangan ini tidak banyak terdengar di dunia konstruksi, seorang pria bernama Andi Mardika. Nama itu terdengar familiar, dan Arga mengingat bahwa ayahnya pernah menyebut nama Andi dalam percakapan telepon yang pernah ia dengar beberapa waktu lalu. Di bawah nama Andi, terdapat nama lain yang tidak kalah mengejutkan: Rendi Suprapto, seorang pengusaha properti yang kini memimpin salah satu perusahaan saingan terbesar dari Nusantara Jaya Grup.
"Pak Raditya, apakah ayah saya bekerja sama dengan Rendi Suprapto?" tanya Arga dengan wajah penuh kebingungan.
Pak Raditya terdiam sejenak, lalu berkata dengan nada serius, "Ya, Tuan Arga. Hubungan ayah Anda dengan Tuan Rendi memang sedikit rumit. Mereka sering bekerja sama di balik layar untuk proyek-proyek tertentu, meskipun secara publik mereka terlihat seperti pesaing berat. Mereka berdua memiliki tujuan yang sama untuk menciptakan perubahan di sektor properti, meskipun dengan cara yang sangat berbeda."
Arga semakin merasa tersesat. Selama ini, ia mengira persaingan di dunia bisnis adalah sesuatu yang hitam dan putih—teman atau lawan. Tapi sekarang, dia melihat ayahnya telah menenun jaring yang jauh lebih rumit. Bahkan, ia telah mengaburkan batasan antara teman dan musuh dalam dunia bisnis.
Pertemuan itu berakhir dengan lebih banyak pertanyaan daripada jawaban. Arga kembali ke apartemennya dengan membawa salinan berkas proyek rahasia itu, tetapi kepalanya penuh dengan kebingungan. Dia merasa seperti sedang merangkai puzzle yang terlalu besar dan kompleks. Arga tidak yakin di mana harus memulai, tetapi satu hal yang pasti—ia harus mencari tahu lebih lanjut tentang Proyek Langit Biru dan rahasia yang tersembunyi di baliknya.
Dalam perjalanan pulang, Arga merasa seperti ada kekuatan besar yang sedang ia hadapi. Kekayaan dan warisan yang ia terima mungkin bukan hanya soal uang atau properti; mungkin ada sesuatu yang lebih dalam, lebih besar, dan lebih berbahaya dari apa yang ia bayangkan. Di benaknya, muncul sebuah tekad untuk mengungkap rahasia ini, bahkan jika itu berarti menggali ke masa lalu yang mungkin penuh dengan sisi gelap keluarganya.
Dia tahu ini adalah awal dari sebuah perjalanan panjang. Warisan yang baru saja ia terima tidak sekadar materi—itu adalah sebuah amanat untuk memahami dan menjaga rahasia yang selama ini terpendam, bahkan mungkin dari dirinya sendiri.
---