Keesokan harinya, para pelayan menemukan bahwa pewaris telah meninggal di tempat tidurnya, matanya menjelalak dan wajahnya berubah menjadi ungu.
Penguasa Jin, yang menyayangi anaknya yang sah, selalu melindunginya dari segala kesalahan.
Sekarang, dengan kematian mendadak anaknya, Penguasa tersebut kewalahan dengan kesedihan.
Ketika staf rumah tangga ingin mempersiapkan jenazah pewaris untuk pemakaman, Sang Penguasa, setelah bangun, mengusir mereka semua.
Dia menatap jimat-jimat yang terjatuh di tanah, matanya penuh dengan kemarahan.
"Chu Nanli! Jimatmu sama sekali tidak berguna! Kamu berhutang nyawa anakku!" teriaknya, menuntut agar anaknya dimasukkan ke dalam peti mati.
Tidak dapat menelan penghinaan ini, dia mengangkat peti mati dan pergi memblokir gerbang Istana Markis Anyang.
Meskipun cuaca dingin dan salju yang berputar, orang-orang biasa tidak pernah melewatkan pertunjukan yang seru.
