Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

Bunga Terakhir di Taman Hati

🇮🇩Daoistovzdb
--
chs / week
--
NOT RATINGS
200
Views
Synopsis
Dalam cerita "Bunga Terakhir", Rizky, seorang pria yang tegar, harus merelakan kekasihnya, Nisa, untuk menikah dengan orang lain. Meskipun hatinya hancur dan dipenuhi rasa kehilangan, Rizky tetap memendam perasaan cintanya yang dalam. Namun, berkat kekuatan cinta yang tak tergoyahkan, Rizky dan Nisa akhirnya dipertemukan kembali dalam ikatan pernikahan yang mengukuhkan cinta sejati mereka.
VIEW MORE

Chapter 1 - Bab 01 - Harapan yang Layu

Mentari sore merangkak perlahan di ufuk barat, menyapa langit dengan warna jingga yang memikat. Angin sepoi-sepoi membawa aroma tanah basah dan dedaunan kering, menyapa Rizky yang duduk termenung di teras rumahnya. Pandangannya kosong, tertuju pada hamparan sawah hijau yang membentang luas di depan mata.

Di tangannya, sebuah cangkir kopi hangat terpegang erat, namun tak tersentuh. Rasa pahit kopi itu tak sebanding dengan pahitnya kenyataan yang harus dia telan. Hari ini, Nisa, kekasihnya, akan melangkah ke pelaminan dengan pria lain.

Setahun sudah mereka menjalin cinta, sebuah kisah yang penuh dengan tawa, canda, dan janji manis. Namun, takdir berkata lain. Nisa, gadis yang dicintainya sepenuh hati, terpaksa menerima pinangan dari pria pilihan keluarganya.

Rizky teringat kembali saat-saat indah mereka bersama. Senyum Nisa yang menawan, tawa renyahnya, dan tatapan mata yang penuh kasih sayang, semuanya terukir jelas dalam ingatannya. Namun, kenangan indah itu kini berubah menjadi duri tajam yang menusuk hatinya.

"Kenapa harus dia?" gumam Rizky lirih, suaranya nyaris tak terdengar.

Air mata yang sedari tadi dia tahan akhirnya tumpah juga. Rasa sakit yang tak tertahankan menghantamnya, meremukkan hatinya berkeping-keping. Namun, di balik rasa sakit itu, Rizky masih menyimpan seberkas harapan. Harapan bahwa suatu hari nanti, cinta mereka akan kembali bersatu.

Dia percaya, cinta sejati tak akan pernah mati. Ia akan terus berjuang, menumbuhkan kembali bunga cinta yang layu di hatinya, hingga akhirnya mekar kembali dengan indah.

"Aku akan menunggumu, Nisa," bisik Rizky, matanya menatap langit senja yang mulai gelap.

Senja pun berganti malam, bintang-bintang berkelap-kelip menghiasi langit. Rizky masih terduduk di teras, menatap kehampaan. Di tangannya, cangkir kopi telah kosong, namun rasa pahit di hatinya tak kunjung hilang.

Malam ini, Rizky harus menghadapi kenyataan pahit, cinta pertamanya telah pergi, meninggalkan luka yang mendalam di hatinya. Namun, di balik kesedihan itu, Rizky tetap teguh memegang janjinya, dia akan menunggunya, hingga bunga cinta mereka mekar kembali.

Malam semakin larut, angin berbisik lembut di antara dedaunan, membawa serta aroma tanah basah dan embun pagi. Rizky masih terduduk di teras, pikirannya melayang jauh, mengenang kisah cinta mereka yang terputus di tengah jalan.

Dia teringat saat pertama kali bertemu Nisa di sebuah acara desa. Senyum Nisa yang menawan dan tatapan matanya yang penuh semangat langsung memikat hati Rizky. Sejak saat itu, mereka tak terpisahkan.

Rizky teringat bagaimana Nisa selalu ada untuknya, menjadi tempat berkeluh kesah, dan selalu menyemangati dirinya dalam suka dan duka. Nisa adalah matahari yang menerangi hidupnya, bunga yang menghiasi hari-harinya.

Namun, kebahagiaan itu tak berlangsung lama. Keluarga Nisa menentang hubungan mereka. Alasannya sederhana Rizky hanyalah seorang petani sederhana, sementara Nisa berasal dari keluarga kaya raya.

"Aku tak peduli dengan harta," ucap Rizky saat itu, matanya menatap Nisa dengan penuh harap. "Yang penting, aku bisa membahagiakanmu."

Nisa pun terdiam, air matanya mengalir deras. Dia pun tak ingin kehilangan Rizky, namun dia juga tak ingin mengecewakan keluarganya.

"Maaf, Rizky," lirih Nisa, suaranya bergetar. "Aku tak bisa melawan keinginan keluargaku."

Hati Rizky hancur berkeping-keping. Dia tak bisa memaksa Nisa, tak bisa melawan takdir yang telah ditentukan. Namun, dia tetap mencintainya, mencintainya dengan sepenuh hati.

"Aku akan menunggumu," bisik Rizky, matanya menatap Nisa dengan penuh harap.

Nisa hanya bisa mengangguk, air matanya terus mengalir. Dia pun berharap suatu hari nanti, cinta mereka akan kembali bersatu.

Malam ini, Rizky kembali teringat janji yang pernah mereka ucapkan. Dia akan menunggunya, menunggunya hingga bunga cinta mereka mekar kembali.

"Aku akan menunggumu, Nisa," gumam Rizky, matanya menatap langit malam yang bertabur bintang.

Di tengah kesedihannya, Rizky berjanji pada dirinya sendiri dia akan terus berjuang, menumbuhkan kembali bunga cinta yang layu di hatinya, hingga akhirnya mekar kembali dengan indah.

Malam ini, Rizky tertidur dengan harapan yang masih menyala di hatinya. Harapan bahwa suatu hari nanti, cinta mereka akan kembali bersatu, seperti bunga yang mekar kembali setelah musim dingin berlalu.

Pagi menjelang, mentari pagi menyapa bumi dengan lembut, membawa serta embun pagi yang menyegarkan. Rizky terbangun dari tidurnya, matanya terasa berat, namun hatinya masih dipenuhi dengan kesedihan.

Dia teringat kembali pada malam sebelumnya, saat dia harus merelakan Nisa menikah dengan pria lain. Rasa sesak di dadanya kembali menyeruak, membuatnya sulit untuk bernapas.

Namun, Rizky tak mau larut dalam kesedihan. Dia harus kuat, dia harus bangkit. Dia masih memiliki harapan, harapan bahwa suatu hari nanti, cinta mereka akan kembali bersatu.

Rizky bangkit dari tempat tidur, langkahnya gontai menuju teras. Dia menghirup udara pagi yang segar, mencoba menenangkan hatinya yang sedang kalut.

Di teras, Rizky melihat sekuntum bunga mawar merah yang tumbuh di pot kecil. Bunga itu tampak layu, kelopaknya mengering dan warnanya pudar.

Rizky teringat, bunga mawar itu adalah hadiah dari Nisa saat ulang tahunnya. Nisa mengatakan bahwa bunga itu melambangkan cinta mereka yang abadi.

"Seperti bunga ini, cinta kita juga akan tetap hidup, meskipun terkadang layu dan pudar," ucap Nisa saat itu, matanya menatap Rizky dengan penuh kasih sayang.

Rizky tersenyum getir. Dia pun berharap, cinta mereka akan tetap hidup, seperti bunga mawar yang kembali mekar setelah hujan.

Rizky mendekati pot bunga, tangannya meraih kelopak bunga mawar yang layu. Dia merasakan betapa rapuhnya kelopak bunga itu, seperti hatinya yang sedang rapuh.

"Aku akan menunggumu, Nisa," bisik Rizky, matanya menatap bunga mawar yang layu.

Dia berjanji pada dirinya sendiri, dia akan merawat bunga mawar itu, menjaganya agar tetap hidup, seperti dia mencintai Nisa. Dia akan menunggunya, hingga bunga mawar itu mekar kembali dengan indah, seperti cinta mereka yang akan bersatu kembali.

Rizky kembali masuk ke dalam rumah, hatinya dipenuhi dengan tekad. Dia akan terus berjuang, menumbuhkan kembali bunga cinta yang layu di hatinya, hingga akhirnya mekar kembali dengan indah, seperti bunga mawar yang mekar kembali setelah musim dingin berlalu.

Hari-hari berlalu, Rizky terus menyiram dan merawat bunga mawar itu dengan penuh kasih sayang. Dia berbicara dengan bunga itu, menceritakan tentang Nisa, tentang cinta mereka yang tak terlupakan.

"Nisa, kau tahu, bunga ini semakin layu," kata Rizky, suaranya berbisik lembut. "Tapi aku tak akan menyerah, aku akan terus merawatnya, menjaganya tetap hidup, seperti aku mencintai dirimu."

Rizky juga mulai menyibukkan diri dengan pekerjaannya di sawah. Dia bekerja keras, berharap bisa melupakan kesedihannya. Namun, bayangan Nisa selalu menghantuinya.

Suatu sore, saat Rizky sedang mencangkul tanah di sawah, matanya tertuju pada sekelompok anak-anak yang sedang bermain di tepi sungai. Salah seorang anak perempuan, dengan rambut panjang terurai dan mata yang ceria, mengingatkannya pada Nisa.

Rizky tersenyum getir. Dia pun teringat kembali masa kecil mereka, saat mereka sering bermain bersama di sungai itu.

"Nisa, di mana kau sekarang?" gumam Rizky, suaranya berbisik lirih.

Tiba-tiba, Rizky merasakan sesuatu yang aneh. Dia merasakan sebuah kekuatan, sebuah kekuatan yang membuatnya merasa tenang dan damai. Dia merasakan bahwa Nisa masih ada di dekatnya, meskipun tak terlihat mata.

Rizky menunduk, matanya menatap tanah yang dicangkulnya. Di antara tanah yang gembur, dia melihat sebuah tunas kecil, hijau dan segar. Tunas itu tumbuh dengan subur, menjulang ke atas, menyapa langit dengan penuh semangat.

Rizky tersenyum. Dia merasa bahwa tunas itu adalah simbol harapan, simbol bahwa cinta mereka akan kembali bersatu.

"Nisa, kau tahu, bunga mawar kita akan mekar kembali," bisik Rizky, matanya menatap tunas kecil itu dengan penuh harap.

Rizky mencabut tunas itu dengan hati-hati, lalu menanamnya di pot bunga mawar yang layu. Dia berharap, tunas itu akan tumbuh dengan subur, menjadi bunga mawar yang indah, seperti cinta mereka yang akan mekar kembali dengan indah.