"Fobos." Napasku menggebu dengan desahan sensual lembut yang keluar dari bibirku yang bengkak saat aku gelisah mengintip melalui bayang-bayang ke arah pak yang cemas mereka akan menemukan kami.
Laki-laki yang tak tergoyahkan itu meraih daguku, mendesakku untuk menatap matanya untuk ketiga kalinya. "Apa yang membuatmu begitu sibuk saat pria-mu menyentuh dagingmu?" dia bertanya.
Aku menatapnya dengan mata rusa yang melebar, memohon kepadanya untuk membebaskanku, dia telah mengurungku di sini untuk beberapa waktu sekarang tidak memperbolehkanku melarikan diri dengan terampil menghalangi setiap jalanku untuk melarikan diri. "A-Aku harus berlatih."
"Latihan bisa menunggu." Dia berkata sambil menekanku lebih jauh ke pohon, menunduk dan mengganti posisi wajahnya dia mencoba bercinta dengan mulutku untuk melanjutkan sesi panasnya menyentuhku di tempat-tempat nakal, payudaraku yang penuh paha dalamku yang dilumuri cairan, dan vaginaku yang basah kuyup.