"Rentangkan kakimu, Theia."
Dengan gugup, saya menuruti perintahnya dengan membuka kakiku di depan matanya yang penuh gairah. Dominasinya terhadap saya, feromonnya yang menguap panas dari setiap pori-porinya sungguh menggugah selera.
Hanya dengan ibu jarinya yang tebal ia masukkan ke dalam celana dalam saya saat nafas saya menjadi tidak teratur dan ketika ia menekan keras ke klitoris saya yang bengkak dan sakit, sebuah desahan penuh euforia dengan tak malu-malu keluar dari mulut saya yang terbuka dan dia menyaksikan semuanya. Dari ketajaman ekspresi saya, pantulan payudara saya hingga cara saya menggesekkan vaginaku lebih jauh ke atas ibu jarinya yang tidak senonoh.
Dengan lingkaran yang lambat dan sengaja ia mulai saat saya menempelkan dahiku pada bahunya, pinggul saya bergoyang karena sentuhan jarinya pada bagian tubuh saya yang paling sensitif.