```
"Tenang," bisik Fobos dengan suara serak sambil memalangkan telapak tangannya yang hangat dengan erat di atas mulutku yang lembap, menahan desahan nakal kesenanganku terhadap tusukan-tusukannya yang lembut dan sensual, batang kemaluannya yang keras dan nikmat menggelembung di dalam rongga pahaku yang menangis menunjukkan dia hampir mencapai puncaknya.
Lidah nakalnya yang merah muda menjilati kulit lembut dari tulang selangka rampingku berlayar ke atas sampai ke puncak leherku yang memar yang dihiasi dengan banyak tanda cinta. Rasa dagingku menyiksa jantan ini. "Theia." Cara dia mengucapkan namaku dengan suara serak yang bergema itu, penuh dengan kegairahannya membuat dinding vaginaku mengejang erat di sekitar kemaluannya, memerahkannya untuk menyemprotkan suguhan selain dia mendengus dan menghantamkan penis licin tak terpuaskannya lebih dalam lagi.
