Sudut Pandang Hunter
"Boleh saya masuk?" saya mendengar suara Ayahku.
Saya menoleh dan mengangguk.
Saya sudah tahu bahwa dia akan datang. Saya mendengarnya mendekati kantor saya.
"Apakah kamu siap?" Ayah bertanya.
"Ya," jawab saya sambil meletakkan pulpen. "Saya hampir selesai berkemas. Saya akan berangkat besok pagi."
Ayah mengangguk dan duduk di kursi berlengan di depan meja saya. Dia terlihat gugup dan khawatir.
"Berhenti khawatir, Ayah," saya menghela napas. "Semua akan baik-baik saja."
Ayah menarik napas dalam dan menghembuskannya pelan.
"Kamu tidak bisa menyalahkan saya merasa gugup," gumam Ayah. "Kamu akan pergi ke kawanan orang-orang yang membenci saya."