*Michael*
Aku menunggu selama dua puluh menit di luar toko kelontong yang kumal; trotoar di depan toko bersinar dari neon yang terpajang di jendela. Seluruh tempat tercium bau bir basi dan urine. Tepat ketika aku sudah tidak tahan dan mempertimbangkan untuk pergi, seorang pria dengan setelan olahraga hitam menabrakku, menyelipkan sebuah amplop besar yang empuk ke bawah lenganku.
"Perhatikan langkahmu lain kali," katanya sambil berjalan menjauh dariku.
Aku menyelipkan paket itu lebih dalam di bawah lenganku dan berjalan menjauh dari lampu neon. Ketika aku membelokkan sudut, aku mengeluarkan amplop tersebut dan menyobeknya. Aku terus berjalan, seolah-olah tanpa tujuan saat aku menarik isinya keluar. Segepok kertas diselipkan di dalamnya, dan di atasnya ada sebuah catatan berwarna kuning terang.
