*Lauren*
Aku duduk di tepian bak mandi, tumitku mengetuk lantai keramik dengan ritme yang panik sementara lututku bergerak tak terkendali. Jantungku berdegup kencang di dada, setiap detaknya bergema dalam keheningan kamar mandi. Aku menatap dinding berwarna merah muda pucat, mencoba menenangkan badai di pikiranku, tapi itu seperti mencoba menenangkan lautan.
"Oke, Lauren, tarik napas," gumamku pada diri sendiri, menekan tangan ke dada seolah bisa memperlambat detak jantungku yang cepat. "Ini tidak apa-apa. Semuanya baik-baik saja. Aku baik-baik saja. Sepenuhnya baik-baik saja."
Keset mandi yang lembut terasa empuk di bawah jemariku, kontras dengan dingin keras yang sepertinya meresap ke dalam tulangku. Aku menggenggam pinggiran bak dan berusaha agar lututku berhenti bergerak, tapi itu percuma.
