Dia sangat kuat, sangat berkuasa, hingga pukulan langsung darinya ke kepala saya pasti akan menghancurkan tengkorak saya. Saat dia mengayunkan tinjunya, saya tahu saat itu juga, saya adalah wanita mati.
Jadi saya menunggu, dengan mata tertutup, menunggu benturan itu, mengira dunia saya akan hilang sebentar lagi. Wajah manis Rowan adalah hal terakhir yang saya lihat sebelum mata saya.
Namun, bukan benturan langsung tinju Ethan ke kepala saya yang saya rasakan, melainkan hujan serpihan—kulit kayu, daun, ranting kecil—karena Ethan justru mengenai pohon elm besar yang saya berdiri di sampingnya.
Teriakan marahnya bergema di sekitar saya saat kayu yang pecah menghantam wajah dan bahu saya. Saya mengangkat lengan saya untuk melindungi wajah dan menunggu badai itu berlalu.
Ketika saya membuka mata lagi, pohon itu hancur. Sebagian besar dahan hilang di sisi yang jauh, dan batangnya bengkok ke belakang seolah-olah akan roboh setiap saat.