Bangun keesokan paginya, aku berbaring di atas seprei lembut tempat tidurku. Wanginya masih terasa, meski telah lama dia tidak ada.
Kenangan membanjiri pikiranku tentang cara dia menyentuhku – cara dia menciumku.
Aku terpikat dengan perasaan tubuhnya di atas tubuhku, dan aku tahu pikiran-pikiran dosa itu seharusnya tidak ada, tapi aku tidak bisa menahannya.
Aku tidak ingin itu berhenti.
Menyusuri jari-jariku di bibir, aku menutup mata dan tersenyum sebelum perlahan bangkit dari tempat tidur. Ethan berbeda semalam...
Sangat berbeda sehingga seakan merayuku bukan hanya sekadar tugas baginya.
Melihat-lihat lemari besar yang berada di samping tempat tidurku, aku mengenakan gaun biru denim dan memadukannya dengan sepasang celana dalam putih yang manis. Sepatu kets putih yang diberikan Vicky minggu lalu tampak lebih cocok dengan pilihan pakaianku daripada sandal atau sepatu hak– belum lagi lebih nyaman.
