Neal.
Ketika Becca pergi, emosi bergolak dalam diriku seakan badai petir melanda padang rumput. Aku tak percaya bahwa aku telah bertindak seperti tadi. Dia tak pantas mendapatkannya, dan sejujurnya, aku hanya merasa penyesalan menggembung di tubuhku seperti ular marah yang mencari jalan keluar.
Dengan segala yang baru saja dia alami akhir-akhir ini, dan segala kali aku berada di sisi dia, aku tak pernah memberinya alasan untuk meragukan aku, meragukan kesetiaanku padanya, meragukan rasa aman yang dia rasakan bersamaku, sampai dia mengetahui kebenaran.
Meskipun dia bilang dia baik-baik saja, aku melihatnya di matanya, kebencian, kemarahan... dan semua itu karena aku tidak bisa f*cking jujur padanya tentang siapa aku.
Duduk di tepi tempat tidurku, aku menopang kepala dengan kedua tangan. Aku telah bodoh mengira diriku pantas diinginkan. Tidak pernah aku peduli apa yang dipikirkan orang lain. Tapi kalau tentang Becca, aku sangat peduli. Dan itu karena aku mencintainya.