Neal.
Saat pesawat akhirnya mendarat di Selandia Baru, saya tak bisa menahan diri untuk menghela napas lega yang sangat besar. Tidak pernah dalam hidup saya merasa seolah-olah saya berada di pesawat selama itu, dan saya sudah pernah ke Australia sebelumnya. Meskipun penerbangan itu sama panjangnya, ada sesuatu tentang penerbangan ini yang sangat melelahkan.
Mungkin karena si manis Becca memutuskan bahwa kita akan naik kelas satu seperti orang biasa sepanjang perjalanan ke Selandia Baru.
Saya bisa saja mendapatkan kita pesawat yang lebih baik—bahkan pesawat yang lebih pribadi. Tapi tidak, dia ingin berpetualang. Bukan berarti saya mengeluh, tapi saudara perempuan saya pastilah, dan keluhannya membuat Becca tertawa.
"Kamu lihat cara lelaki itu menatapku? Seolah-olah aku seperti di prasmanan, dan dia menginginkan sesuatu yang sepuasnya." Nada jijik Allegra membuat kami berdua, saya dan Becca, terkekeh.
"Oh Tuhan. Ini tidak seperti itu, dan kamu tahu."