Bradon pasti menyadarinya karena dia memegang kakiku dan membantu melingkarkannya di sekitar pinggangnya sebelum kedua tangannya menyelip di bawah pantatku.
"Apakah ini yang kamu inginkan?" dia bertanya dengan bisikan rendah yang menggoda.
Saya mengangguk karena saya merasa terlalu kewalahan dengan emosi untuk menjawabnya dengan kata-kata. Untuk kejutanku, Bradon tiba-tiba mencium bibirku. Rasanya terlalu enak dan saya mendapati diri saya menerima ciumannya tanpa berpikir dua kali ketika bibir saya secara otomatis terbuka untuk menyambut masuknya lidahnya yang panas dan basah. Lidah kami menari dengan penuh gairah dan kemudian kemaluannya mulai bergerak di dalamku lagi. Beban tubuhku membuat rasanya kemaluannya mencapai lebih dalam lagi di dalamku.