"Tidak ada alasan yang bagus. Aku hanya penasaran..." jawabnya santai.
"Penasaran? Kamu penasaran tentang apa sebenarnya?" Aku bertanya dengan mata terbelalak.
Bradon memandang ku dengan ekspresi yang tak terbaca selama beberapa detik sebelum dia melepaskan tawa kecil seolah ada pikiran menghibur yang baru saja melintas di benaknya. Tentu saja, aku tidak tahu apa yang sedang dipikirkannya atau diingatnya.
"Aku hanya penasaran ingin tahu seperti apa wanita sialan yang aku nikahi," jawabnya dengan kecerdikan di matanya yang biru.
Aku selalu berpikir bahwa matanya memiliki warna yang sangat menarik, tetapi tidak ada yang bisa menandingi keindahannya ketika ada emosi yang sebenarnya terpancar darinya.
"Maksudmu, seperti apa wanita sialan yang menikahimu, kan?" Aku segera membetulkan perkataannya sebelum aku ingat untuk menahan lidahku.
"Aku menganggap kau telah menyetujui syaratku," kata Bradon sebelum dia tersenyum penuh makna padaku.