Tanpa ragu, saya berbalik dan dengan cepat berlari secepat kaki saya dapat membawa saya menuju pintu. Pikiran dan emosi saya kacau aduk, dan perjalanan kembali ke kenyamanan kamar saya terasa kabur. Ketenangan hening kamar saya terasa menyesakkan dengan cara yang aneh. Seperti yang selalu terjadi dalam hidup saya, tidak ada orang di sana untuk menghibur saya. Diana tak lagi ada di sana, dan saya bahkan tidak yakin di mana dia berada. Semoga, tidak seperti saya, dia hidup bahagia penuh senyum dengan pria yang dia cintai.
Memikirkan Diana dan kebahagiaan yang mungkin sedang dia alami tampaknya menjadi satu-satunya penyelamat yang dapat membantu saya percaya bahwa rasa sakit yang saya alami tidak sia-sia. Saat saya terjun ke tempat tidur dan menarik selimut menutupi kepala saya, saya menyadari betapa saya merindukan saudara perempuan kembar saya.