"Di saat-saat seperti ini, aku tiba-tiba naik pangkat... atau turun pangkat menjadi suamimu," gumamnya sebelum menggelengkan kepalanya ke arahku.
Aku mengerutkan kening pada dia tanpa melewatkan pilihan kata-katanya.
Bagaimana mungkin menjadi suamiku bisa dilihat sebagai sebuah degradasi?
"Apa maksudmu dengan itu? Kenapa? Apa kamu bilang kamu sangat ingin melakukan adegan ciuman dengan aku? Sutradara gila itu akan membuat kita ciuman paling tidak sepuluh kali sampai kita melakukannya dengan benar..." ujarku sambil mulai merasa lebih frustrasi dari sebelumnya.