Segera, saya memalingkan wajah untuk melihat apakah telinga saya bermain-main atau tidak. Mata saya sepertinya juga bermain-main karena saya melihat Ace berdiri tepat di depan saya di ruang tamu kami yang kecil.
Dia sebenarnya tidak ada di sini. Itulah kesimpulan yang langsung diputuskan oleh otak saya tanpa ragu. Saya berbalik dan mulai mengotak-atik makanan di piring saya lagi dengan ujung garpu.
"Jangan abaikan saya, Rina..." kata Ace.
Kali ini, saya merasakan kehadirannya ketika meja gemetar saat dia duduk di kursi yang berlawanan dengan saya dari meja makan kecil kami. Sebanyak apa pun pikiran saya berusaha menyangkal keberadaannya, sepertinya Ace benar-benar ada di apartemen kami lagi.
Mengapa dia ada di sini?
"Mengapa kamu di sini?" Saya bertanya apa yang terlintas di pikiran saya.
"Karena kamu ada di sini. Rina, kita perlu bicara..." kata Ace sambil menatap langsung ke mata saya.