```
"Tunggu, Ace. Dari siapa telepon itu barusan?" tanya saya sambil berusaha mendorongnya menjauh dari saya.
Tangan saya menekan rata pada otot dada yang kuat. Matanya yang berwarna cokelat menatap ke bawah sebelum bibirnya membentuk senyum.
"Ayahku," jawabnya singkat.
"Ayahmu? Maksudmu Ketua?" tanya saya terkejut.
"Benar. Dia ingin bertemu denganku, dan aku telah memutuskan untuk membawamu ke rumah utama kami," kata Ace dengan santainya.
"Hah? Benarkah?" seru saya tidak percaya.
"Iya, tapi itu nanti sore jadi dari sekarang sampai saat itu..." Ace berkata sebelum menggantungkan kalimatnya.
Ketika saya merasakan hembusan nafasnya di kulit leher saya yang lembut, saya punya firasat kuat apa yang dia inginkan. Bibirnya yang hangat dan lembut menekan pada leher saya saat dia menciumnya dengan penuh kelembutan. Ujung lidahnya keluar dari antara bibir dan mulai menjilati sisi leher saya sementara desahan keluar dari bibir saya.