"Yah, sekarang itu sudah selesai, kamu mau pergi makan malam denganku malam ini?" Ace bertanya dengan suara ceria sampai mataku tertuju dari tangan yang erat terkepal di pangkuanku ke wajahnya.
Undangan mendadak itu membuatku terkejut. Sepertinya bagian formal dari percakapan ini telah berakhir dan sekarang Ace kembali menjadi seperti biasanya ketika kami berdua saja.
"Umm…" Aku bergumam dengan ragu.
Aku tidak tahu bagaimana harus bereaksi.
"Ini untukmu..." kata Ace sambil memberiku beberapa tisu setelah mengeluarkannya dari kotak di mejanya.
"Terima kasih..." Aku berterima kasih sambil mengambil tisu dari tangannya.
Menyadari bahwa wajahku mungkin masih berantakan, aku segera menepuk-nepuk air mata di mataku dan bekas air mata di pipiku. Ace memperhatikanku dengan tatapan penuh simpati dan perasaan bersalah yang kuat menghantui dadaku lagi. Sekarang aku memutuskan untuk meniup hidungku juga.