"Kita semua tahu apa yang dipikirkan oleh para pria. Lagipula, tidak peduli seberapa cantiknya wanita itu, dia hanyalah mainan. Meski dia berpura-pura menjadi wanita yang anggun dan cantik saat itu, dia tetap berakhir bermain-main. Biar kuberitahu kamu sebuah rahasia. Sebenarnya, aku pernah tidur dengan dia sebelumnya... Hehehe."
Pria yang berbicara memiliki ekspresi misterius di wajahnya. Saat dia berbicara, dia tampak seperti sedang mengenang sesuatu.
Tiba-tiba, senyum licik terpampang di wajah semua orang.
Lucille berhenti melangkah.
Dia terus berjalan perlahan seakan tidak mendengar apapun.
Namun, dia melepaskan jarum perak.
Ekspresi pria yang sedang asyik mengobrol itu membeku, kemudian dia membungkuk dengan rasa sakit. Keningnya dipenuhi keringat, dan wajahnya pucat.
Beberapa detik kemudian, pria itu segera dibawa ke rumah sakit.
Lucille tetap memandang lurus ke depan dan duduk di baris terakhir bersama Molly karena itu adalah tempat yang paling tidak mencolok.
