Chereads / Peredam Luka / Chapter 2 - Titik Awal (Bagian 02)

Chapter 2 - Titik Awal (Bagian 02)

"Marcus, apa kau mendengar apa yang aku ucapkan sebelumnya?"

Membuka kedua matanya, bocah berusia 18 tahun yang sedari tadi dipanggil namanya mulai tersadar kembali.

Melihat sekeliling, Marcus menyadari bahwa sebelumnya dia sedang melamun tentang sesuatu yang benar-benar membingungkannya. Saat ini dirinya berada di kuburan yang sangat sepi.

Tak hanya itu, Marcus melihat seorang wanita berjas coklat, kemeja berkerah, dan rok panjang hitam tampak anggun.

"Dirimu tahu kalau seseorang sedang berbicara harus didengar dengan saksama, bukan begitu?"

Mengangguk perlahan, Marcus menerima pendapat wanita tersebut. "Benar, Nyonya Whistler. Maafkan kecerobohan saya."

Mina Whistler, wanita yang baru saja memarahi Marcus karena tidak memperhatikan, dengan lembut membelai rambut biru tua Marcus dan mengarahkan pandangannya ke arah kuburan di depan mereka.

"Apakah kamu merasa sedih saat ini, Marcus?" kata Nyonya Whistler, merasa prihatin.

Marcus terdiam sejenak, matanya terfokus pada kuburan di hadapannya. Dia mulai mengingat saat dia berada di konser bersama Nyonya Whistler, menyaksikan penyanyi itu terlihat bahagia sebelum penyanyi itu kehilangan kendali.

"Mungkin jika diriku mengenal mereka lebih baik, hatiku akan merasa sangat sedih."

Melangkah lebih dekat ke kuburan sang penyanyi, Marcus meletakkan sekuntum mawar di atasnya.

Memalingkan wajahnya ke Nyonya Whistler, Marcus berkata, "Sejujurnya, aku tidak suka bagaimana penyanyi tersebut meninggal."

Mendengar hal tersebut Nyonya Whistler mengangguk mengerti. "Benar, memang sangat disayangkan. Terutama karena keadaan kematian penyayi tersebut sedikit tidak biasa."

Keingintahuan Marcus tergerak oleh kata-kata Nyonya Whistler. Ia menilai kematian penyanyi terkenal itu sepertinya ditutup-tutupi.

Tak mampu menahan rasa penasarannya, Marcus bertanya, "Nyonya Whistler, apakah ada dokumen tentang masa lalu penyanyi itu?"

"Kamu juga penasaran ya, Marcus? Sayangnya, sang penyanyi pandai sekali menyembunyikan kelemahannya."

Nyonya Whistler menghela nafas, menatap langit biru cerah. Dia bertanya-tanya didalam pikirannya sejenak apakah dia tidak tersesat dalam pikiran yang membingungkan.

"Penyanyi tersebut menyanyikan lagu yang menyinggung para kartel narkoba. Seharusnya semua orang tahu penyebab kematiannya." Ucap wanita tersebut disusul dengan menghela nafas berat.

Kota yang sedang mereka tempati saat ini bukanlah tempat yang aman, banyak sekali makhluk mengerikan yang menyamar seperti manusia berkeliaran dengan bebas dijalanan, baik siang maupun malam.

"Aku akan membunuh semua makhluk mengerikan yang berkeliaran didunia ini." Ucap Marcus dengan santainya.

Tersenyum, Nyonya Whistler sudah menduga jawaban yang dilontarkan oleh Marcus.

"Kau tahu bahwa kekerasan tidak akan menyelesaikan semua permasalahan, benar?" Ujarnya yang berusaha untuk memastikan jawaban dari Marcus.

Mengangguk perlahan, Marcus tahu akan hal tersebut. Dirinya mengambil keputusan tersebut bukan semata-mata ingin melindungi mereka yang perlu dilindungi.

"Tentu, aku ingin membunuh mereka yang perlu dibunuh, karena itulah peran yang akan aku ambil saat ini."

Tersenyum kecil, Nyonya Whistler bertepuk tangan. Seketika seseorang dengan setelan jas hitam datang membawa sebuah koper yang kemudian diberikan kepada Marcus.

"Beberapa barang didalam koper tersebut mungkin akan membantumu, yah walaupun aku yakin makhluk seperti mu tak terlalu memerlukan nya."

Melihat kearah koper hitam yang ia genggam saat ini, Marcus mengangguk perlahan. "Nyonya Whistler, tolong berikan aku seseorang yang cocok untuk memainkan peran Pahlawan."

Sedikit terkejut, Nyonya Whistler dibuat penasaran akan hal yang ingin Marcus lakukan. Namun untuk saat ini, dirinya hanya akan mengawasi dan membantu Marcus.

"Tentu, organisasi dengan mudah akan memberikan mu hal tersebut. Manusia atau makhluk lainnya?"

Marcus termenung untuk sesaat, didunia yang segala hal aneh bisa saja terjadi, makhluk jenis apa yang cocok untuk memainkan peran Pahlawan.

"Aku rasa manusia akan lebih cocok untuk hal tersebut."