Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

Dewa Sembilan Langit

Hendra_Januar
--
chs / week
--
NOT RATINGS
116
Views

Table of contents

VIEW MORE

Chapter 1 - Gulungan Rahasia

Malam itu, langit memancarkan keheningan yang mencekam. Awan kelabu menutupi bulan, dan kabut tebal turun, melingkupi Desa Qingyuan yang berada di kaki Gunung Hongshan. Di desa terpencil ini, hidup seorang pemuda bernama Lei Tian. Dengan tubuhnya yang kurus namun berotot, dan tatapan mata yang penuh tekad, Lei Tian adalah anak yatim piatu yang tumbuh dengan mimpi besar – sebuah impian yang dibangun di atas darah dan kehilangan.

Ayah dan ibunya, menurut cerita orang desa, adalah pejuang yang berani. Mereka mati ketika mempertahankan desa dari serangan brutal Klan Gelombang Hitam, sebuah sekte kultivator yang memanfaatkan energi gelap untuk menindas rakyat kecil. Sejak kejadian itu, Lei Tian tidak pernah melupakan tragedi yang menimpa keluarganya. Setiap malam, ia mengingat senyum lembut ibunya, dan keberanian ayahnya yang terakhir kali dilihatnya di medan pertempuran.

Lei Tian menghembuskan napas panjang saat duduk di pinggir tebing, memandangi hutan lebat yang terbentang di hadapannya. Dia berada di sini, di tengah malam buta, bukan hanya untuk mengenang keluarganya, tetapi untuk melatih diri. Dia berlatih setiap hari tanpa kenal lelah, dengan hanya satu harapan: menjadi kuat, kuat untuk membalas dendam, dan kuat untuk melindungi orang-orang yang dia sayangi.

Tiba-tiba, suara gemerisik terdengar dari balik pepohonan di dekatnya. Lei Tian menoleh, memperhatikan dengan seksama. Sekilas, dia melihat sosok kelam melintas di antara bayangan pepohonan.

"Siapa di sana?" Lei Tian bertanya, suaranya tegas namun waspada.

Tidak ada jawaban, hanya keheningan yang mencekam. Lei Tian berdiri dan mengambil posisi bertahan, kedua tangannya siap untuk menghadapi apapun. Namun, alih-alih musuh, di hadapannya terlihat sesuatu yang sangat berbeda – sebuah gua yang tak pernah ia lihat sebelumnya. Pintu masuk gua itu tersembunyi di balik semak belukar dan tertutup kabut yang sangat tebal. Seolah-olah gua itu tidak ingin ditemukan.

"Gua ini… Sejak kapan ada di sini?" gumamnya, mengernyit.

Didorong oleh rasa ingin tahu yang tak tertahankan, Lei Tian melangkah ke dalam gua. Semakin jauh dia melangkah, suasana semakin aneh. Gua itu terasa dingin dan menakutkan, namun di saat yang sama ada perasaan hangat yang menariknya semakin dalam. Setiap langkah terasa berat, tetapi juga membawa harapan akan sesuatu yang besar.

Ketika ia sampai di dalam, Lei Tian dikejutkan oleh cahaya biru yang samar-samar menyala di tengah ruangan. Di sana, di atas altar batu yang lapuk oleh waktu, terletak sebuah gulungan kuno yang terbuat dari kulit hewan. Gulungan itu tampak tua, dengan simbol sembilan naga yang berpilin di sepanjang gulungannya.

"Apakah ini… teknik kultivasi?" bisiknya dengan takjub.

Lei Tian mendekati gulungan tersebut dan tanpa ragu menyentuhnya. Saat ia menyentuh gulungan, tiba-tiba tubuhnya bergetar hebat. Energi yang kuat mengalir masuk melalui tangannya, menjalar ke seluruh tubuhnya. Matanya membelalak, ia mencoba menarik tangannya namun seolah-olah ada kekuatan yang menahannya.

"Argh!" Lei Tian mengerang, tubuhnya bergetar hebat, merasakan sakit luar biasa saat energi itu menyatu dalam dirinya. Namun, dalam rasa sakit itu, dia juga merasakan kekuatan luar biasa yang mulai menyusupi tubuhnya, seolah mengubahnya dari dalam.

Saat rasa sakit mereda, dia membuka matanya dan menyadari bahwa gulungan itu kini terbuka, memperlihatkan teks kuno yang berkilau di dalam kegelapan gua.

"Teknik Dewa Sembilan Langit…" bisiknya. Dia merasa seolah-olah namanya saja sudah membawa bobot yang tak terbayangkan. Teknik itu adalah salah satu legenda dalam dunia kultivasi, sebuah teknik yang konon dapat membawa seseorang menuju kekuatan tertinggi, menembus sembilan lapisan langit dan menguasai semua elemen alam.

Lei Tian mulai membaca isi gulungan itu, namun teks kuno tersebut tidak mudah dimengerti. Meski demikian, ada beberapa kalimat yang bisa ia pahami, kalimat yang terasa seolah menancap langsung di pikirannya.

"Siapa yang menembus Langit Kesembilan, akan menjadi penguasa dari segala elemen. Namun, hanya yang hatinya bersih dari kegelapan yang bisa mencapainya…"

Lei Tian terdiam, memandangi gulungan itu dengan rasa hormat.

"Jika aku bisa menguasai teknik ini… mungkin aku bisa membalas kematian keluargaku," gumamnya lirih.

Saat ia terhanyut dalam pikirannya, tiba-tiba terdengar suara yang dalam dari dalam gua, suara yang membuat bulu kuduknya berdiri.

"Anak muda, apakah kau tahu apa yang sedang kau hadapi?"

Lei Tian tersentak, menoleh ke sekeliling, mencari sumber suara itu. Namun, ia tak menemukan siapapun. Suara itu seolah-olah datang dari langit, dari segala arah sekaligus.

"Siapa kau?" Lei Tian bertanya, berusaha tetap tenang.

"Aku adalah penjaga dari teknik Dewa Sembilan Langit. Sudah berabad-abad aku menunggu, menanti seseorang yang layak untuk mewarisi teknik ini. Tetapi ingat, kekuatan yang kau cari bukan tanpa harga. Apakah kau siap menanggung bebannya?"

Lei Tian terdiam, tetapi hanya sejenak. Tanpa ragu, ia menegakkan tubuhnya dan menjawab, "Aku sudah kehilangan segalanya. Jika harus mengorbankan hidupku untuk kekuatan ini, aku akan menerimanya."

Suara itu tertawa kecil, "Kau memiliki keberanian, anak muda. Tapi ketahuilah, perjalanan menuju Langit Kesembilan tidaklah mudah. Setiap lapisan akan menguji tubuh, jiwa, dan hatimu. Apakah kau benar-benar siap?"

Lei Tian menatap gulungan itu dengan tatapan penuh keyakinan, "Aku siap. Tidak ada yang lebih kutakuti daripada rasa tak berdaya. Jika harus mati dalam usaha ini, setidaknya aku mati sebagai seseorang yang berjuang."

"Baiklah," suara itu bergema, kali ini terdengar lembut namun penuh kekuatan. "Jika itu tekadmu, maka mulai hari ini kau akan menjalani jalur Dewa Sembilan Langit. Setiap lapisan akan membuka kekuatan yang belum pernah kau bayangkan, tetapi ingatlah, hanya hati yang bersih dari kebencian dan balas dendam yang akan mencapai puncaknya. Jika hatimu terlalu penuh dengan dendam, maka kekuatan ini akan menghancurkanmu dari dalam."

Lei Tian terdiam, memikirkan peringatan itu. Dia tahu, dalam hatinya masih ada dendam yang membara terhadap Klan Gelombang Hitam, tetapi dia tak bisa mengabaikan kesempatan ini. Dia mengangguk dengan tegas, siap menerima segala risiko.

"Aku akan mengingatnya," jawab Lei Tian. "Namun, aku tidak akan berhenti sampai aku membalas dendam atas kematian keluargaku."

"Maka, selamat datang di Jalan Sembilan Langit, Lei Tian," suara itu berkata, sebelum perlahan-lahan menghilang ke dalam keheningan.

Perasaan hangat memenuhi dada Lei Tian. Untuk pertama kalinya dalam hidupnya, ia merasakan sebuah keyakinan kuat di dalam hatinya. Ia telah menemukan jalannya, jalan yang mungkin akan membawanya pada kekuatan yang cukup untuk mengubah takdir. Dengan tekad yang membara, Lei Tian membawa gulungan itu bersamanya, meninggalkan gua dengan perasaan bahwa hidupnya telah berubah untuk selamanya.

Di luar gua, angin berhembus pelan, seolah menyambut Lei Tian dalam perjalanan barunya sebagai pewaris teknik legendaris, Dewa Sembilan Langit.