Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

Engkau Milikku

๐Ÿ‡ฎ๐Ÿ‡ฉVebi_Gusriyeni
--
chs / week
--
NOT RATINGS
340
Views
Synopsis
Cerita dewasa untuk usia 18+!! Harap bijak dalam memilih bacaan!! Karena mengandung unsur kekerasan, umpatan, dan adegan dewasa. "Hanya aku yang boleh menyiksa dan membuatmu menderita. Hanya aku yang boleh mencintai dan memilikimu."_Sean Aznand. Sonia Elliezza, rumah tangga yang dia idam-idamkan selama ini menjadi mimpi buruk untuknya, walaupun Sonia menikah dengan pria yang sangat dia cintai dan juga mencintainya. Hanya karena kesalahan di masa lalu, membuat rumah tangga Sonia bersama dengan Sean Aznand menjadi sangat dingin dan menegangkan serta penuh dendam dan amarah yang tak terbantahkan. Sean memberikan pilihan pahit pada Sonia di awal pernikahan mereka. "Pilihan pertama adalah bertahan, kau akan menerima segala sikapku padamu baik itu berupa ucapan ataupun tindakan, kau tidak berhak membantah apapun yang aku katakan, kau juga tidak boleh pergi dariku selama lima tahun ke depan sampai aku benar-benar puas untuk membalaskan sakit hati dan dendamku padamu, aku memberikan waktu 5 tahun padamu untuk hidup bagai neraka bersamaku, aku akan terus menyiksamu, jika kau tidak sanggup di pertengahan dan memilih untuk pergi dariku, maka aku akan menghabisi nyawamu seketika itu." "Yang kedua, Pergi. Jika kau tidak sanggup dengan apa yang akan aku lakukan padamu dipilihan pertama, silahkan pergi sekarang juga dari rumah ini dan dari hidupku untuk selamanya. Aku dengan suka rela untuk menceraikan mu. Sekarang pilihlah." Ujar Sean dengan nada tenang namun mencekam. "Aku tidak menyangka kalau kamu akan menyimpan dendam padaku Sean, tolong maafkan aku yang sudah pernah menyakitimu." Lirih Sonia dengan air mata yang tak hentinya mengalir. Pilihan apakah yang akan Sonia ambil? Akankah dia memilih bertahan atau pergi?

Table of contents

VIEW MORE

Chapter 1 - Dilamar Bos

Jari jemari lentik Sonia begitu lihai memainkan piano, semua tamu undangan begitu memuji permainan piano gadis cantik berambut hitam panjang itu. Sonia sesekali meneteskan air matanya karena permainan piano nya mengingatkan dia kepada seorang pria yang sangat dia cintai. Sonia mengakhiri permainan piano tersebut dengan sangat sempurna dan mendapatkan tepuk tangan yang gemuruh dari para tamu undangan.

"Waw permainan pianomu sangat bagus Son, ngak nyangka bakat begitu terbuang sia-sia aja." Kata Angel, sahabat Sonia.

"Bisa aja kamu." Jawab Sonia singkat.

Angel dan Sonia sekarang sedang menghadiri pernikahan teman kampus mereka. Sonia diminta untuk mengisi acara pernikahan itu dengan memainkan piano karena dari SMA Sonia memang sangat jago memainkan alat musik seperti gitar, biola, piano dan lain nya.

Setelah selesai dari acara tersebut, Sonia dan juga Angel memutuskan untuk pergi jalan-jalan dulu ke pasar malam. Sonia dan Angel sahabatan sudah sejak lama, dari awal masuk kuliah sampai sekarang, sudah dua tahun mereka lulus kuliah namun belum ada tanda-tanda kalau mereka akan menikah. Angel sudah memiliki pacar, tapi tidak pernah ada kepastian dari pacarnya itu untuk segera menikahi Angel, sedangkan Sonia, gadis itu tidak memiliki kekasih. Cintanya sudah terhenti semenjak putus dari cinta pertamanya.

"Mau beli apa nih kita?" Tanya Angel.

"Beli jajanan pasar aja yuk, lagian aku udah ngak laper-laper banget." Jawab Sonia.

"Beli cilor yuk."

"Yuk."

Mereka berdua bergandengan tangan untuk mendatangi tukang cilor, setelah beberapa saat antri, akhirnya mereka mendapatkan pesanan mereka dan memilih tempat duduk yang nyaman untuk menyantap cilor tersebut.

"Kamu kepikiran ngak sih Son, diumur kita yang udah 24 tahun ini kita belum nikah juga?" Tanya Angel.

"Ya kepikiran sih, tapi ya mau gimana, jodoh itu yang ngak mampir sama kita." Jawab Sonia seraya terus memakan cilornya.

"Tapi ya Son, aku sempat berpikir buat jauhin Derren deh." Sonia sontak menghentikan kegiatan makannya dan menatap lekat wajah Angel. Karena dia sangat tau kalau Angel tidak bisa jauh dari Derren, apalagi mereka sudah sering berhubungan badan semenjak awal kuliah sampai sekarang.

"Serius? Kenapa emang? " Tanya Sonia tak menyangka.

"Capek aja Son, ngak pernah ada kepastian dari Derren soal hubungan kami. Kalo dipikir-pikir, aku cuma pelampiasan nafsu dia doang, habis berbuat ya ditinggalin, alasannya kerjalah, ada ketemu klien lah, banyak lah pokoknya. Pas membahas pernikahan dia selalu aja ngelak." Jelas Angel penuh kekecewaan.

"Ngel, kamu harus tekanin lagi sama Derren mengenai hubungan kalian, ambil keputusan ketika pikiran kacau itu ngak baik loh, ntar malah nyesal kamu. Mending gini aja deh, kamu ajak itu Derren ketemu, minta waktu luang dia yang agak panjang buat bahas kelanjutan hubungan kalian. Bilang ke dia, kalau ini adalah pembahasan terakhir dari kamu, minta kepastian sama dia."

Angel menarik nafasnya dan memejamkan matanya sejenak, dia bingung, apakah Derren mau memberikan waktu luang padanya untuk pembicaraan yang menurut Derren sepele?

"Aku coba deh, semoga aja dia mau. Tapi kalo dia masih bertele-tele, aku udah bertekad buat ninggalin dia. Toh kehidupan masih harus berjalan dong."

"Nah gitu dong, baru namanya Angel."

Mereka menghabiskan waktu di pasar malam sambil menenangkan pikiran masing-masing, karena besok mereka akan kembali berkutat dalam pekerjaan mereka. Sonia bekerja di Green House milik pengusaha terkenal, dia mendapatkan posisi sebagai sekretaris karena memang kemampuannya sangat bisa diandalkan. Sedangkan Angel bekerja sebagai karyawan biasa di sebuah perusahaan yang bisa dibilang tidak terlalu besar. Mereka berdua tidak tinggal bersama karena Sonia tinggal sendiri di rumahnya sedangkan Angel di kos-kosan.

Selama dua tahun bekerja di Green House, Sonia bisa mengumpulkan uang untuk membeli sebuah rumah minimalis namun terlihat cantik dan sangat pas ditempatinya. Sonia tidak hanya mengandalkan gajinya saja, dia juga berjualan cake online, olshop nya juga begitu ramai dan lumayan terkenal. Sonia adalah tipikal wanita tangguh dan mandiri.

๐Ÿ•Š๐Ÿ•Š๐Ÿ•Š

Sean Aznand, itulah nama yang dibaca oleh Carla, dia duduk di hadapan Sean yang sedang membaca berkasnya.

"Good, kamu bisa mulai bekerja disini sebagai sekretaris saya, saya tidak mentolerir apapun mengenai pekerjaan, jadi saya harap kamu bisa profesional dalam bekerja." Kata Sean dengan nada yang begitu tegas dan dingin.

"Baik pak, saya pasti akan profesional dan tidak akan mengecewakan perusahaan ini."

"Baiklah, selamat bekerja Nona Carla. "

"Terima kasih pak."

Setelah Carla keluar dari ruangannya, Sean kembali berkutat dengan laptop miliknya, dia seorang pengusaha muda yang berusia 28 tahun dan masih lajang. Dia terkenal sebagai seorang pria yang dingin dan cuek, jika berurusan dengan perusahaan, dia tidak akan mentolerir dan langsung memecat siapa saja yang melakukan kesalahan.

Sean hidup sendiri, dia memiliki seorang ayah dan ibu tiri, juga adik kandung laki-laki yang kini berusia 24 tahun, namun sayangnya Sean tidak pernab akur dengan keluarganya itu, terutama dengan ayah kandungnya. Sean membangun perusahaannya sendiri tanpa bantuan siapapun, dia bekerja keras untuk mengembangkan bisnisnya hingga mencapai puncaknya sekarang. Perusahaan Sean bergerak dibidang textile, bisnisnya sangat banyak bahkan tidak hanya di dalam negeri saja.

Sean yang merasa bosan dengan pekerjaannya, langsung menutup laptop dan membuka laci meja kerjanya. Dia menatap sebuah foto yang mana ada dirinya dengan seorang perempuan dengan latar pantai yang indah.

"Kamu dimana? Apa kamu masih mengingatku?" Tanya Sean sambil menatap foto gadis tersebut.

Sean kembali menutup laci itu dan berjalan ke dekat jendela, dia melihat pemandangan kota dari dalam gedung.

Klek

Pintu ruangannya dibuka oleh seorang pria, lalu dengan santai pria itu duduk di sofa dan menyalakan rokok. Sean ikut bergabung dengan pria itu dan mereka merokok bersama.

"Masih memikirkan gadismu itu?" Kenzo, pria tersebut bertanya pada Sean.

"Memang apalagi yang bisa aku pikirkan selain dia?"

"Dasar kau bodoh Sean, jika memang kau masih mencintai dia dan sangat merindukannya, kau tinggal temui dia saja."

"Kalau segampang ocehanmu itu ya tidak masalah tapi semua tidak semudah itu bodoh."

"Kenapa kau tidak pernah mau menemuinya? Bukankah kau mencintai gadismu itu?"

"Ya aku memang mencintainya tapi butuh waktu yang tepat untuk menemuinya." Selalu saja begitu jawaban dari Sean, padahal Kenzo sangat tau jika Sean bisa saja untuk menemui gadis impiannya tersebut.

"Jangan sampai kau menyesal saat gadis itu dimiliki oleh orang lain Sean, karena kesempatan apapun yang kau sia-siakan tentu akan membuat penyesalan hebat dalam hidupmu." Sean mencerna kata-kata dari Kenzo, apa yang sahabatnya katakan itu memang benar adanya. Kenzo Everaldo dan Sean sudah bersahabat sejak kecil, mereka bukan orang yang berasal dari keluarga biasa, mereka berdua juga pekerja keras dan mencapai kesuksesan dengan usaha mereka sendiri.

"Aku akan memikirkan kapan waktu yang tepat untuk menemuinya."

"Jangan terlalu lama berpikir."

"Oke, kau tenang saja Ken."

*

Sean dan Kenzo menghabiskan malam mereka di sebuah bar ternama, apalagi yang bisa membuat mereka enjoy kalau bukan dugem dan minuman.

Ditengah kemabukan mereka, ada seorang wanita yang mendekati Sean, wanita itu berpakaian sangat minim dan dengan lancangnya duduk di pangkuan Sean. Sean dengan kasar mendorong tubuh wanita itu hingga terjerembab ke lantai.

"Pergilah Jalang, aku tidak membutuhkan mu saat ini. " Usir Sean pada wanita itu, Sean dan Kenzo memang suka ke club dan mabuk tapi Sean tidak pernah berhubungan badan dengan wanita manapun karena hati dan pikirannya sudah dikuasai oleh gadis yang dia cintai, wanita itu menatap Sean kesal lalu duduk di samping Kenzo.

"Kapan temanmu ini bisa membuka hatinya untukku?" Tanya Gladis dan meneguk minuman Kenzo hingga tandas.

"Sudah aku katakan padamu berulang kali, percuma saja kau mendekatinya, dia masih mengharapkan gadis di masa lalunya itu haha" Kenzo tertawa sambil menatap Sean yang sudah pusing karena kebanyakan minum.

"Halah, wanita itu sudah menghilang dari kehidupannya, ngapain juga masih diharapkan, harusnya dia bersyukur karna ada aku yang cantik dan seksi ini mau menjadi kekasihnya."

Kenzo merangkul Gladis dan mendudukkan Gladis di atas pangkuan nya. Kenzo sangat bernafsu melihat kemolekan tubuh Gladis, ditambah lagi pakaian Gladis yang sangat minim.

"Ngapain sih? " Tanya Gladis yang berusaha untuk berontak dari dekapan Kenzo.

"Nikmatin aja, lagian Sean ngak bakalan mau nyentuh kamu, sini sama aku aja." Tabgan Kenzo sangat liar menyentuh tubuh Gladis. Gladis terpancing dengan Kenzo akhirnya menikmati setiap sentuhan pria tampan itu. Kenzo meraba setiap inci tubuh Gladis, suasana club malam itu sangat mendukung kegiatan panas mereka. Sean dengan samar melihat Kenzo bermesraan, dia memilih untuk ke kamar mandi dengan langkah yang gontai.

Kenzo dan Gladis melakukan ciuman panas mereka, setelah pemanasan yang dirasa cukup, akhirnya Kenzo melakukan penyatuan dengan Gladis di ruangan VIP tersebut.

Setelah melakukannya hampir satu jam, mereka lanjut ke hotel dan melakukannya di hotel bintang lima milik Kenzo. Sedangkan Sean kembali ke rumah bersama sopir yang sudah Kenzo hubungi untuk menjemput Sean.

Sean tertidur dengan pulas, dia terlihat sangat kacau malam ini. Ingatannya tak pernah lepas dari wanita yang sudah membuatnya tidak bisa mencintai siapapun.

"Aku akan menemuimu jika waktunya sudah tepat, aku pasti akan menemuimu sayang." Gumam Sean dan akhirnya terlelap.

๐Ÿ•Š๐Ÿ•Š๐Ÿ•Š

"Son, kamu bisa pikirkan lagi lamaran ku ini, aku tidak main-main dengan sebuah hubungan."

"Maaf pak, saya benar-benar belum kepikiran untuk menikah dan saya belum siap untuk menikah pak." Tolak Sonia kepada atasannya itu, dia sangat tau kalau atasannya begitu mencintai dirinya sejak awal dia bekerja di Green House ini.

"Apa ada pria lain di hatimu saat ini Sonia?" Tanya Vanno Adrian, CEO Green House tempat Sonia bekerja itu memang sudah lama mencintai Sonia, bahkan dia memperlakukan Sonia dengan sangat istimewa.

"Iya pak, saya sudah mencintai pria lain dan sampai detik ini saya masih sangat mencintainya." Dengan mantap Sonia menjawabnya.

"Tapi aku tidak pernah melihatmu bersama siapapun, apa ini semua hanya alasanmu menolak aku Sonia?"

"Tidak pak, demi tuhan, saya sudah mencintai pria lain dan saya mencintai dia semenjak sekolah. Saya memang sekarang tidak bersama dengannya lagi tapi cinta dan hati ini sudah tertuju untuknya, maafkan saya pak, aku tidak bisa menerima cinta bapak." Sonia dengan selembut mungkin menyampaikan penolakannya pada Vanno. Vanno menghela nafasnya lalu menatap Sonia dengan lekat.

"Beruntung sekali pria itu Sonia, pria manapun akan sangat beruntung jika mendapatkanmu." Kata Vanno dengan nada serius, Sonia hanya bisa menunduk dan tak berani menatap mata Vanno.

*

Malam pun tiba, Sonia membersihkan tubuhnya dan berbaring di tempat tidur, dia ingin tidur sejenak, karena jam 2 pagi dia harus bangun untuk membuat orderan kue yang dipesan oleh pelanggannya.

Kriingg... Kriingg...

Bunyi jam membuat Sonia terbangun, dia segera menstabilkan tubuhnya dan segera ke kamar mandi, Sonia mengambil air wudhu dan melakukan shalat tahajjud. Selesai Shalat, Sonia menuju dapur dan membuat pesanan kue yang akan dijemput oleh pelanggannya jam 7 pagi ini. Tangan Sonia begitu lihai mencampurkan semua bahan-bahan, dia mengerjakan dengan setulus hati agar cake bikinannya tidak mengecewakan pelanggan.

Semua pesanan selesai jam 5 pagi, Sonia kembali mengambil air wudhu dan menunaikan shalat subuh. Dia kemudian mempacking cake yang sudah dibuat dan bersiap-siap untuk berangkat ke kantor. Sonia orang yang tidak suka mengulur waktu, dia tidak pernah terlambat ataupun lalai dalam pekerjaannya.

Setelah semua pesanannya di ambil oleh para pelanggan dan sebagian lagi ada yang dikirim menggunakan ojek online. Sonia bergegas menuju ke kantornya dengan sepeda motor matic miliknya.

Baru sampai di halaman kantor, Vanno menghampiri Sonia. Sonia menghela nafasnya dan berusaha tersenyum pada Vanno yang merupakan bos nya itu, bukan apa-apa, kalau di kantor ini Sonia sering dijadikan bahan gosipan jika dekat dengan Vanno.

"Kita siap-siap untuk rapat penting hari ini Sonia, karena perusahaan yang akan menghadiri rapat ini merupakan perusahaan besar." Jelas Vanno pada Sonia.

"Baik pak, kenapa anda harus menghampiri saya begini, kan bisa dibicarakan di ruangan." Kata Sonia yang segan dihampiri oleh bosnya.

"Saya sekalian ingin mengajakmu masuk bersama." Sonia hanya mengangguk dan berjalan di belakang Vanno, Vanno berusaha mensejajarkan langkahnya dengan Sonia namun gadis itu berusaha pula untuk berjalan di belakang Vanno.

"Aduh, bakalan jadi bahan gosipan lagi ini." Gumam Sonia sendiri.