Di Hutan Beastariant di bagian timur, hiduplah sebuah desa kucing yang sangat damai dan tentram. Di desa tersebut dihuni oleh bangsa siluman kucing yang cinta damai dan juga dipimpin oleh keshogunan kucing yang bernama, Amatsu. Di sana, para siluman kucing berprofesi sebagai nelayan dan petani karena di desa tersebut terdapat danau yang dijadikan sebagai tempat budidaya juga tempat untuk menangkap ikan dan bukit yang tinggi yang dijadikan sebagai sawah.
Di suatu hari, ada seekor siluman kucing yang sedang memancing ikan di danau. Namanya Nekomaru. Kesehariannya selalu mencari ikan di danau untuk menghidupi kebutuhan hidup dirinya dan juga keluarganya. Dia memiliki tiga anak anak yang terdiri dua anak kucing jantan dan satu anak kucing betina.
Suatu ketika dia memancing ikan, namun dia merasa bosan karena tidak mendapatkan satupun ikan.
"Sialan! Dari pagi, aku belum mendapatkan satu pun ikan di sini." Ujar Nekomaru yang merasa bosan.
Karena hal tersebut, dia mulai mengantuk dan tidur. Selang beberapa lama, seekor ikan besar dengan sisik bewarna hitam mendekati umpannya Nekomaru dan memakan umpan tersebut dari kail pancingnya. Namun, kail pancing tersebut menyangkut mulutnya dan dia pergi menjauh yang membuat tongkat pancing Nekomaru bergoyang-goyang.
Nekomaru terbangun dari tidurnya, "Akhirnya, aku mendapatkan ikan untuk pertama kalinya untuk hari ini!"
Dia menarik pancingannya dengan sekuat tenaga. Namun, kekuatan tarikan ikan sisik hitam tersebut sangatlah kuat, sehingga membuat Nekomaru hampir saja terjatuh. Untung saja, Nekomaru dapat mengembalikan keadaan dan berhasil menarik ikan itu ke daratan.
Setelah itu, Nekomaru merasa sangat senang karena dia mendapatkan ikan yang cukup besar, "Waduh, ikan ini besar sekali. Ini lebih dari cukup untuk makan malam bersama anak-anak!"
Kemudian, dia membawa pulang seekor ikan sisik hitam ke rumah untuk dimakan bersama dengan anak angkatnya. Sesampainya di rumah, dia disambut baik oleh ketiga anak angkatnya dan segera memasak ikan tersebut hingga mereka melakukan makan bersama pada malam hari.
Di keesokan harinya, dia hendak mempersiapkan peralatan pancing dan bakul untuk pergi memancing ke danau lain. Namun, ketika ia menyelesaikan peralatan untuk memancing, dia dikejutkan hingga membuatnya terjatuh oleh anak kucing jantan kecil yang bernama Nenma.
"Aduh, Nenma. Kamu selalu membuat Ayah terkejut!" Ucap Nekomaru yang kesakitan di bagian pinggangnya.
"Hehe, maafkan aku. Aku hanya ingin bersenang-senang saja. Oh iya, hari ini ada acara festival besar di desa. Apakah Paman mau menemani kami?" Pinta Nenma kepada Nekomaru.
Mendengar itu, Nekomaru menghela nafas dan berkata,"Jangan memanggilku dengan sebutan 'Paman'. Aku ini ayahmu. Oh, iya. Memangnya kapan festival besar akan dimulai? Kalau sekarang, Ayah tidak bisa karena Ayah mau mencari ikan di danau lain. Ayah tidak mau kalau kamu dan adik-adikmu kenapa-kenapa!"
Kemudian, anak kucing betina kecil bernama Nami muncul dari peti dari belakang Nekomaru dengan wajah murung, "Ayah, Nami mau ke pergi sana. Sudah lama sekali aku mau lihat festival besar!"
Tidak hanya itu, seekor anak kucing besar bernama Chouma muncul dari bakul yang digendong Nekomaru, "Ayah, bisakah untuk tidak memancing untuk sehari saja? Bolehlah? Bolehlah?!"
"Iya, Ayah. Kami belum lihat festival besar di desa selama ini. Kami ingin sekali untuk bertemu Tuan Amatsu!" Pinta Nenma dengan wajah yang penuh permohonan.
Lalu, Nami memeluk kakinya Nekomaru, "Ayolah, Ayah. Sekali ini saja, ya? Kami janji untuk besok, kita akan membantu Ayah menangkap ikan."
Melihat mereka bertiga dengan tingkahnya, dia pun tersenyum namun dia sedikit kesal, "Baiklah, anak-anak nakal. Ayah akan menuruti kemauan kalian. Dengan syarat, dalam seminggu dimulai dari besok, kalian harus membantu Ayah memancing dan membereskan rumah."
Dengan serentak, Nenma dan saudara- saudaranya menjawab, "Kami berjanji, Ayah!"
Kemudian, mereka berpelukan dengan Nekomaru sambil mengucapkan terimakasih. Hal itu, membuat hatinya Nekomaru tersentuh dengan wajah penuh senyum kebahagiaan.
Beberapa waktu kemudian, mereka bertiga telah sampai di desa pada waktu siang hari. Mereka berempat menikmati festival tersebut dengan membeli beberapa ikan dan melihat pertunjukan tarian dan juga pertunjukan boneka.
Mereka sangat menikmatinya dengan hati yang penuh dengan kegembiraan.
"Ayah, boneka di sana itu lucu dan bisa bergerak!" Ujar Nami dengan kepolosannya.
Mendengar itu, Nenma tertawa,"Boneka itu tidak bergerak, Nami. Namun, digerakkan oleh pemain boneka!"
"Ih, Kakaaakkk!" Teriak Nami dengan perasaan marah dan hendak mencakar Nenma
Melihat tingkah laku mereka berdua, Nekomaru tertawa. Sedangkan, Chouma berusaha melerai mereka berdua.
Pada malam hari, mereka berempat melihat kembang api yang indah di langit desa mereka tinggal. Oh, iya mereka melihat kembang api di taman desa. Mereka sangat menikmati keindahan kembang api yang menghiasi malam. Pada saat itu, Nekomaru mendengar suara langkah kaki seperti suara pinjakan pasukan samurai di kiri.
Ketika, Nekomaru menoleh ke kiri sambil memberitahu kepada ketiga anaknya, ada sebuah pasukan keshogunan yang dipimpin oleh tuan Amatsu.
Kemudian, Tuan Amatsu beserta pasukannya berhenti di tengah taman desa. Semua warga disana, menyambut kedatangan pemimpin desa mereka dengan riah gembira. Setelah diberikan penyambutan, salah satu prajurit samurai kucing yang merupakan penasihatnya, memberitahukan kepada seluruh warga desanya untuk diam sejenak.
Setelah itu, penasihat tuan Amatsu berdiri di depan warga desa sembari menyampaikan sesuatu.
"Para warga desa yang kami cintai, kamu turut berterima kasih kepada kalian semua yang memperingati hari istimewa. Kedatangan kami tidak hanya ikut serta meramaikan festival ini. Namun, kami ingin mengadakan sayembara untuk kalian semua."
Para warga sangat terkejut dan bersorak gembira mendengarnya. Kemudian, tuan kaisar yang bernama Tuan Amatsu berdiri dan berjalan menuju ke depan. Lalu, dua pengawalnya datang dari arah kiri sambil membawa sebuah kotak panjang yang di dalamnya terdapat sebuah senjata pusaka.
Sesampainya di sana, dua pengawalnya memberikan sebuah kotak tersebut kepada tuan Amatsu. Setelah menyerahkan kotak tersebut, Tuan Amatsu membuka kotak tersebut dan menunjukkan katananya, lengkap dengan sarung pedang kepada para warga yang berkumpul di sana.
Kemudian, tuan kaisar Amatsu berkata sembari mengeluarkan katana tersebut dari sarung pedangnya dan katana tersebut mengeluarkan api yang membara, "Barangsiapa yang berhasil mengcabut pedang ini dari sarung pedang tersebut. Maka, kucing itu akan menjadi panglima samurai kebanggaan desa ini dan mendapatkan sebuah peti yang berisi koin emas dan batu giok!"
Mendengar itu, para warganya sangat senang. Namun, mereka menyadari bahwa hanya kucing yang memiliki kekuatan dan tekad yang kuatlah yang dapat mencabut katana tersebut dari sarung pedangnya.
Lalu, salah satu kucing kurus dengan penampilan biasa saja mendekati kaisar.
"Tuanku, izinkan aku mengikuti sayembara ini!" Ucap kucing kurus.
"Silahkan, wahai calon samurai kebanggaan!" Tuan kaisar Amatsu mengizinkannya untuk mencabut katana tersebut dari sarung pedang itu.
Kucing kurus itu segera mengerahkan seluruh tenaga untuk mencabut katana itu. Namun, dia tidak dapat mencabutnya dari sarung tersebut. Selanjutnya, si kucing besar yang berprofesi sebagai pandai besi juga mengikuti sayembara tersebut. Namun, dia juga gagal mencabut katana tersebut.
Beberapa waktu kemudian, tidak ada satu kucing pun yang dapat mencabut katana tersebut .
"Sepertinya, kita tidak menemukan penerus pedang ini, saudaraku!" Ucap Tuan Amatsu dengan memasang wajah yang penuh kekhawatiran.
Mendengar itu, penasihatnya memberikan sedikit semangat kepada kaisarnya tersebut, "Tuanku, kamu tidak perlu khawatir. Kita pasti menemukan penerus yang tepat."
Sementara itu, Nami melihat pamannya, Nekomaru yang melamun. Nami mengira, pamannya menginginkan katana tersebut. "Ayah, apakah ayah ingin memiliki pedang itu?"
Seketika Nekomaru terkejut mendengar pertanyaan dari Nami.
"Eh, tidak begitu. Ayah hanya penasaran dengan siapa yang bisa mencabut katana itu?"
Namun, suasana yang awalnya penuh sorakan rakyat yang bahagia. Berubah menjadi kacau karena para iblis berkualitas merah yang dikenal sebagai Oni merah, muncul dari dalam tanah dan menyebabkan kekacauan di sekitar. Para warga di desa kucing berlari ketakutan. Bahkan, ada yang tertangkap oleh Oni merah. Para Oni itu juga membakar semuanya. Mau itu bangunan pemukiman warga maupun di taman desa.
Tidak hanya itu saja, para pasukan Oni juga bermunculan di istana dari dalam tanah dan menghancurkan semuanya. Pada saat itu, Nekomaru berlari sambil membawa tiga anak adopsinya ke tempat yang aman. Namun, mereka dihalangi oleh Oni besar.
Untung saja, beberapa prajurit kekaisaran kucing datang untuk melawan Oni besar tersebut dan memberikan kesempatan Nekomaru dan anak-anaknya untuk kabur. Akan tetapi, hal itu tidak bertanah lama. Sesampainya di bangunan yang penuh dengan api, Nekomaru dan anak-anaknya dihalangi lagi oleh Oni. Bedanya, Oni tersebut berjenis kelamin perempuan dan memiliki warnah kulit seperti manusia. Dia adalah Kitana.
"Sepertinya, aku kedatangan mangsa yang tersesat. Ikutlah denganku dan jadilah hidangan kami!" Kitana berjalan perlahan mendekati Nekomaru dan anak-anaknya.
Ketiga anaknya ketakutan dengan histeris, "Ayah, kami takut!"
"Tenang saja, semua akan baik-baik saja!" Ungkap Nekomaru yang memeluk mereka bertiga untuk melindungi mereka dari putri raja Oni kuno tersebut.
Namun, tiba-tiba kaisar kucing, Amatsu datang menyelamatkan dan menyerang Kitana hingga Kitana menjauh darinya.
"Kalian tidak apa-apa? Kalian harus pergi dari desa ini sekarang juga!" Seru Tuan Amatsu.
"Tetapi, bagaimana dengan anda, tuan? Anda tidak akan bisa melawannya!" Nekomaru sangat khawatir dengan Tuan Amatsu.
Namun, Kaisar Amatsu menoleh ke belakang, "Dengar, seorang samurai sejati tidak takut mati dan tidak memandang lawannya lemah. Sekarang, pergilah dan bawa anak-anakmu ke tempat yang aman!"
Nekomaru yang berat hati pun meninggalkan tempat sambil menggendong ketiga anaknya. Sementara, kaisar Amatsu mengeluarkan katananya dan melawan Kitana.
Selang beberapa lama, Nekomaru beserta telah berlari menjauhi tempat tersebut. Namun, ketika ia berlari menuju ke gerbang desa yang jauh, sebuah hantaman gada berduri raksasa yang berada di arah kiri membuat Nekomaru terhempas beserta anak-anaknya hingga mereka terpisah. Lalu, Nekomaru terjatuh ke sebuah batu besar, mengenainya, dan terhantam dia tidak sadarkan diri.
Sebelum tidak sadarkan diri, ia mendengar suara jeritan anak-anaknya, meminta tolong kepadanya.
"Ayah, tolong kami!"
"Ayaaaaahhh!!!"
Akhirnya, Nekomaru tidak sadarkan diri dan anak-anaknya berakhir ditangkap oleh para Oni merah.
Bersambung.....