"Kenapa pulang terlambat?"
Suara berat dan dalam milik Alan langsung menyambut kepulangan Daila yang baru saja membuka hells bersol merah yang ia kenakan seharian ini.
"Hari ini aku sangat sibuk."
Daila menautkan jari-jemarinya gugup, bibirnya yang mungil ikut bergerak gelisah seperti anak perawan strict parents yang ketahuan pulang larut oleh orang tua.
Padahal Daila dan Alan sudah menikah cukup lama tapi hubungan mereka tetap saja kaku bagaikan kanebo kering, di mata Daila Alan tak ubahnya orang tua galak dan kaku dan di mata Alan Daila seperti anak kecil keras kepala yang susah dibilangi.
"Masuklah, mandi lalu istirahat." Daila menghembuskan napas lega ketika Akan berbalik pergi setelah mengatakan kalimat barusan.
Daila memakai sendal rumah berbulu warna pink lalu naik ke lantai dua yakni kamarnya.
Daila dan Alan tinggal di rumah yang cukup sederhana meski mereka berdua dari golongan nasabah prioritas.
Kamar di lantai atas hanya ada dua, kamarnya dan kamar Alan yang bersebelahan selebihnya adalah balkon dan ada satu kamar tamu di lantai bawah serta dapur, ruang tamu, dan ruang santai.
Daila menyalakan dua keran dalam bathtub, malam yang dingin dan ia mau mandi dengan air hangat saja, setelah selesai mandi Daila merasa lapar, ia turun ke dapur.
Di dapur ada Alan yang baru selesai memasak sup krim jagung yang wanginya menguar bahkan sebelum Daila sampai di meja dapur.
"Kamu masak?"
"Belum makan 'kan?" Alan balik bertanya, ia masukan sup krim jagung yang masih panas itu ke dalam mangkuk poselen putih.
Ia sodorkan pada Daila bersama sendok dan segelas air.
"Makan."
Aroma enak yang menggoda, Daila duduk dan langsung menyeruput supnya, benar-benar lezat, masakan Alan memang juara.
"Kamu tidak ikut makan?" tanya Daila ketika Alan hendak keluar di dari dapur setelah mencuci tangannya.
"Saya sudah makan," jawab Alan tanpa berbalik sama sekali.
Daila memcebikan bibir, menyuap sup ke dalam mulut. Alan selalu begitu, cuek dan dingin, dinginnya mengalahkan kulkas dua pintu di dapur rumah mereka.
Sudah hampir dua tahun menikah tapi tidak ada kemajuan sama sekali dalam rumah tangga mereka yang kaku dan membosankan ini.
Kadang kala Daila ingin hubungan mereka bisa lebih dekat karena bagaimanapun mereka pasangan suami-istri tapi Alan selalu menjadi orang pertama yang menjauh tiap kali Daila mencoba mendekat, selalu begitu hingga Daila lelah dan menyerah.
Pernikahan mereka tidak pernah direncanakan, Daila harusnya menikah dengan Devan, adik Alan.
Satu bulan sebelum pernikahan Devan kecelakaan lalu meninggal, pernikahan pun dibatalkan akan tetapi Kakek Daila dan Kakek Alan sudah terlanjur bersumpah akan menikahkan cucu mereka kelak, gara-gara sumpah konyol itu Daila akhirnya menikah dengan Alan, pria yang seharusnya menjadi Kakak iparnya.
Dunia Daila jungkir balik dalam sekejap, calon suaminya mati tragis pernikahan batal tapi ujungnya tidak jadi dan ia terpaksa menikahi kakak ipar sendiri.
Dan inilah kehidupan pernikahannya sekarang, dingin, kaku, dan membosankan, Daila mulai memikirkan ulang nasip rumah tangga ini, ia memang tidak pernah berpikir akan bercerai dari Alan tetapi menengok hubungan yang tidak ada kemajuan Daila mulai ragu sampai mana perahu mereka dapat bertahan.