Hari pertama di SMA Merdeka 1, suasana riuh rendah di kelas yang akan menyambut kedatangan Aliana. Gadis manis dengan senyum tipis itu diperkenalkan oleh Bu Sari, guru bahasa Indonesia yang ramah, baik hati dan asyik orang nya. "Anak-anak, ini Aliana, siswa baru kita. Semoga kalian bisa berteman baik dengannya," sapa Bu Sari sambil tersenyum.
Aliana membalas sapaan Bu Sari dengan anggukan sopan. la lantas memperkenalkan diri, "Halo semuanya, nama saya Aliana saya pindahan dari SMA Merdeka 2. Senang bisa bergabung dengan kalian." Suara Aliana lembut, namun sedikit gugup.
"Hei, Aliana, sini sini" sapa Rani sembari mengajak Aliana duduk bersamanya.
Hari-hari pertama di sekolah baru berjalan cukup menyenangkan. Aliana mulai akrab dengan beberapa teman sekelasnya. "Ali, kamu jago banget gambarnya," puji Rani, teman sebangku Aliana, saat melihat hasil gambar Aliana. Aliana tersenyum malu.
Namun, kebahagiaan Aliana tak berlangsung lama. Aira, gadis populer di sekolah, mulai mengincarnya. Aira merasa terancam dengan kecantikan Aliana. la takut Aliana akan merebut perhatian Avran, cowok populer yang selama ini menjadi pujaan hatinya.
"Lihat tuh, Aliana. Sok cantik banget, padahal biasa aja," ejek Aira di depan teman-temannya. Aliana hanya diam, berusaha mengabaikan perkataan Aira. Namun, sindiran dan ejekan Aira terus berlanjut hingga Hari ke-30 Aliana di sekolah, membuat Aliana merasa tertekan.
Setiap hari, Aliana harus menghadapi perundungan dari Aira dan kelompoknya. la merasa seperti tidak punya tempat lagi untuk berkeluh kesah. Pikiran negatif terus menghantuinya. "Aku tidak pantas ada di sini," gumamnya dalam hati.
Suatu sore, setelah pulang sekolah, Aliana memutuskan untuk pergi ke atas gedung sekolah dengan tujuan untuk mengakhiri hidupnya. la merasa sudah tidak sanggup lagi menghadapi perundungan. Dengan langkah gontai tak berdaya, ia menuju atap gedung sekolah. Di sana, ia duduk di tepi sambil menatap ke bawah. Ingatan tentang perkataan Aira terus terngiang di telinganya. "Aku memang tidak berguna," batinnya sedih.
Tiba-tiba, ia mendengar suara gitar. la menoleh dan melihat Avran sedang memainkan gitar sambil duduk di sudut atap gedung. Aliana ragu-ragu untuk mendekat. Namun, rasa penasaran membuatnya memberanikan diri.
"Hai," sapa Aliana pelan.
Avran terkejut melihat Aliana. "Hai, kenapa kamu di sini?" tanya Avran.
Aliana menceritakan semua kejadian kelam yang dialaminya kepada Avran. Avran mendengarkan dengan seksama. Setelah Aliana selesai bercerita, Avran memeluknya erat. "Jangan pernah menyerah, ya. Kamu orang yang kuat," ucap Avran lembut.
Dengan bantuan Avran yang sudah menenangkan Aliana dan menjadi tempatnya bercerita, Aliana mulai bangkit dari keterpurukan. Avran melaporkan tindakan perundungan yang dilakukan Aira kepada pihak sekolah. Alhasil, Aira dikeluarkan dari sekolah.
Aliana semakin dekat dengan Avran. Mereka sering menghabiskan waktu bersama di atas gedung sekolah sembari Avran bermain musik dan Aliana melukis. Avran membantu Aliana mengembangkan bakat menggambarnya. Dengan dukungan Avran, Aliana berhasil meraih prestasi di bidang seni.
Akhirnya, setelah sekian lama, Aliana menemukan kebahagiaan yang selama ini ia cari. la bersyukur telah bertemu Avran, lelaki yang telah menyelamatkan hidupnya.ikatan Aliana dan Avran semakin erat. Pengalaman bersama dan rasa saling menghormati mereka berkembang menjadi cinta yang indah dan abadi. Bersama-sama, mereka mengatasi tantangan masa lalu, menemukan penghiburan dan kegembiraan dalam perjalanan bersama mereka. Kisah ini berakhir dengan pesan tentang ketahanan, kekuatan persahabatan, dan kemenangan cinta atas kesulitan.