"Paman Besar, apa yang sudah kamu buat?" Tanya gadis kecil itu sambil anak laki-laki mulai tertawa.
Lucius terkekeh melihat antusiasme anak-anak itu, menahan tawa saat anak laki-laki itu menggoda dia.
"Paman Besar tidak tahu cara membuat istana," canda anak laki-laki itu sambil tertawa.
Lucius bersandar ke belakang, mencoba membela kreasi nya. "Hei! Itu adalah barak. Kalian anak-anak ini tidak tahu apa-apa," balasnya dengan senyum khas yang nakal, bangga dengan "baraknya."
Gadis kecil itu miringkan kepala, alisnya berkerut. "Barak? Tapi kenapa? Kita butuh istana tempat putri tinggal, lalu pangerannya akan datang untuk menyelamatkannya," jelasnya, seakan-akan itu adalah hal yang paling jelas di dunia.
Sebelum Lucius bisa menjawab, anak laki-laki itu tiba-tiba bersuara, penuh energi. "Tidak! Ini istana untuk seorang pangeran, yang memerangi naga-naga!" serunya, matanya berbinar penuh dengan kegembiraan.