Layla menggenggam cangkir kopi hangat, menikmati aroma kopi yang Lucius sediakan. Ia menyesap perlahan, bibirnya membentuk senyum lembut saat rasa kopi yang kaya menyebar di seluruh langit-langit mulutnya. "Saya merasa segar," gumamnya, menaruh cangkir itu sejenak untuk mendekat pada Lucius.
Bibir mereka bertemu dalam sebuah ciuman lembut, dan Lucius secara naluriah menopang leher Layla dengan satu tangan, sementara tangan lainnya bertumpu di atas meja dapur untuk dukungan. Dia memperdalam ciuman sebelum menarik diri sedikit agar bisa menatap mata Layla.
"Saya tidak bisa menemukan pembantu hari ini. Bahkan Sarah pun tidak ada," ucap Layla seraya melirik dapur yang sepi itu.
"Saya memberi mereka libur hari ini," jawab Lucius santai, memasukkan tangannya ke dalam saku.
Dia mengambil cangkir kopinya sendiri dan mendongak untuk memperhatikan Layla. "Kamu yakin tidak mau sarapan? Saya bisa membuatkan pancake untuk kita," tawarnya.