Layla berhenti di pintu kantornya. Dia menoleh ke Aiden, tatapan tajamnya bertemu dengan tatapan Aiden saat dia memberikan instruksi selanjutnya. "Hubungi Roderick dan beritahu dia saya ingin berkolaborasi dalam sebuah proyek dengannya," katanya dengan tegas, nadanya tidak memberi ruang untuk keraguan.
Saat mendorong pintu untuk masuk, Aiden ragu sebelum bicara. "Maaf, tapi bukankah itu akan memberi Roderick kesempatan untuk..." Dia berhenti, tidak yakin apakah harus menyelesaikan kalimatnya.
Layla memalingkan kepalanya sedikit, senyum penuh arti terukir di bibirnya. "Saya punya sesuatu dalam pikiran," jawabnya dengan enigmatik.
Mengerti bahwa dia belum siap untuk membagikan niat penuhnya, Aiden mengangguk singkat. "Mengerti, Nyonya Layla. Saya akan menanganinya segera," ujarnya menenangkan.
"Terima kasih," kata Layla, suaranya lebih lembut sekarang, sebelum melangkah masuk ke kantor.